Aku Hanya Comblang

Senin, 09 Agustus 2010

Adalah hal yang jamak jika seseorang membutuhkan perantara untuk memenuhi keinginannya. Dalam pernikahan pun seseorang tidak jarang membutuhkannya. Dikenallah istilah comblang untuk menyebut orang yang membantu menyambungkan tali pernikahan.

Sejak generasi pertama umat Islam sudah dikenal "profesi" comblang pernikahan. Motivasi mereka, generasi yang disebut sebagai assalafus shalih tersebut, tentunya tak lebih dari sebagai ungkapan ukhuwah islamiyyah, untuk memberi kemudahan pada jalan kebaikan. Manfaat yang diharapkan adalah keindahan ukhuwah dan pahala, bukan aliran uang keuntungan atau sekadar dikenal sebagai orang yang baik hati.

Seiring dengan semakin kompleknya lalu-lintas pernikahan, semakin kompetitif pula –diluar masalah takdir— proses sebuah pernikahan. Kondisi demikian bisa dipandang oleh sebagian pihak sebagai alasan untuk merasa semakin dibutuhkannya mak comblang.

Hati-hati Memilih
Tentu tidak ada salahnya "profesi" comblang, bukankah sifat manusia adalah saling membutuhkan pertolongan dan bantuan? Yang perlu dicermati adalah saat ada kecenderungan comblang dijadikan sebagai sebuah profesi. Lebih-lebih kini muncul berbagai lembaga yang berperan sebagai comblang dengan bermacam nama yang menawarkan jasa biro jodoh.
Lembaga ini tentunya diilhami oleh "profesi" comblang yang sudah secara turun-temurun dilakukan oleh perorangan. Ditambah dengan gejala yang menunjukkan semakin kompetitifnya sebuah pernikahan, sementara pernikahan adalah kebutuhan primer dianggap sebuah peluang bisnis yang akhirnya ditangkap oleh sebagian pihak. Jangankan lembaga, secara perorangan pun ada yang menjadikannya sebagai ladang bisnis. Apakah semua biro jodoh selalu bermotif bisnis? Tentu tidak, sebab di Saudi Arabia ada lembaga semacam itu yang untuk menjadi pesertanya tidak dipungut biaya. Tidak sampai disitu, justru lembaga tersebut ikut menyediakan dana untuk proses pernikahan. Bagaimana di Indonesia? Wallahu a’lam.

Sekali lagi sah-sah saja memanfaatkan jasa mak comblang demi mengejar pendamping hidup yang sah. Yang penting adalah sifat kehati-hatian tidak boleh dilupakan. Bila tidak hati-hati memilih comblang alih-alih mendapat jodoh, uang akan terkeruk untuk keluar biaya ini itu. Belum lagi rahasia pun akan tersebar laiknya berita koran. Kalau comblangnya orang yang bisa menahan diri dari suka berkisah dan mengumbar data-data rahasia, masih lumayan aman, tapi kalau orangnya bocor? Data dari A sampai Z bisa terbang hingga pulau seberang.

Siapkan Diri Sendiri
Kebanyakan orang mungkin tidak bersedia mengambil peran menjadi seorang mak comblang. Selain merasa tidak mampu, juga kadang tidak mau repot. Tapi bagaimana kalau ada yang meminta dengan sangat untuk dicarikan incaran calon pendamping hidupnya kepada Anda? Lebih-lebih yang meminta adalah orang yang sudah sangat Anda kenal. Ada baiknya juga mencoba untuk membantunya. Bukankah Allah telah mengingatkan kita agar berlaku saling menolong selama bukan dalam kejahatan?

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan."(Al-Maidah: 2)

Kesiapan untuk menolong orang dalam kebaikan ini mesti menjadi semangat atas apa yang kita lakukan pada orang lain. Untuk "profesi" ini seseorang mesti menyiapkan diri dengan baik. Persiapan ini bermanfaat bagi diri sendiri dalam mengemban amanah yang ada, pun untuk klien yang tengah ditangani.

Luruskan Niat
Sebagaimana amal perbuatan pada umumnya, keikhlasan sangat dibutuhkan saat kita memutuskan untuk mengambil peran sebagai mak comblang. Tidak bisa tidak rasa ikhlas mesti selalu menyertai kita setiap saat setiap kondisi. Memang tidak gampang meretas rasa ikhlas, namun kalau berhasil akan sangat menentukan kualitas sebuah aktivitas. Perbuatan hati ini betul-betul mesti dijaga dengan menjaga hati. Sebuah pertolongan yang kita berikan, men-comblang-i orang lain untuk menemukan jodohnya, misalnya, akan terasa begitu bermakna bila dilandasi rasa ikhlas kepada Allah semata. Hati pun tidak akan terbebani dan tertekan dengan berbagai halangan. Langkah terasa ringan, ridha Allah pun dijamin di tangan, insyaAllah.

Perluas Informasi
Comblang adalah menyambungkan dua pribadi yang berbeda. Bukan sekadar berbeda jenis kelamin, lebih dari itu ada perbedaan latar belakang, karakter, pendidikan, pola hidup, kebiasaan sosial, dan seabrek ketidaksamaan lainnya. Karena itulah seorang comblang mesti memahami kondisi kliennya. Comblang harus betul-betul buka mata buka telinga, mesti pintar dan jeli mengorek informasi yang sahih dari kedua belah pihak. Dengan begitu informasi yang bisa diberikan kepada kedua belah pihak akan akurat. Bukan mustahil permasalahan yang muncul dalam rumah tangga kliennya akan ditimpakan kepada comblang.

Adil dan Proporsional
Comblang laksana seorang hakim, mesti bisa berlaku adil dan proporsional. Adil dalam memberi informasi, adil dalam memberikan penilaian, juga adil dalam memberi saran. Tidak boleh keluar dari keadilan hanya karena salah satu kliennya adalah teman dekat atau orang yang sering membantunya dalam masalah finansial. Sehingga memberikan informasi yang berlebihan demi menyenangkan temannya, sementara pihak lain mungkin dirugikan dengan adanya informasi yang dibuat-buat tersebut.

Proporsional pun mesti selalu dikedepankan oleh seorang mak comblang. Artinya setiap orang tentu punya kelemahan. Seorang comblang mesti bisa memilahkan mana informasi negatif yang diperlukan oleh pencari pendamping hidup dan mana yang tidak terlalu penting atau bahkan tidak perlu sama sekali. Sebagaimana Rasulullah yang dimintai pertimbangan oleh Fatimah binti Qais yang bingung dengan lamaran dua sahabat. Beliau cukup memberi informasi sesuai kebutuhan Fatimah, satu sahabat digambarkan tidak pernah meletakkan tongkatnya, artinya suka memukul atau terlalu sibuk, sementara yang lainnya terlalu miskin harta sehingga tak punya apa-apa. Beliau tidak mengorek-orek aib hingga hal-hal yang tidak dibutuhkan kliennya.

Menjaga Rahasia
Sedikit banyak seorang comblang akan mengetahui aib dan rahasia kliennya. Bahkan tidak jarang seorang klien yang tengah berburu pendamping hidup terlalu jujur menceritakan segala aibnya yang telah lalu. Ada seorang akhwat yang terus terang dalam sela-sela isak tangisnya mengaku sudah tidak perawan lagi, alias pernah berzina.

Bagaimanapun seorang comblang akan menanggung beban amanah menjaga rahasia kliennya. Di sinilah ujian yang kadang terasa begitu sulit dilewati oleh seorang comblang. Seorang comblang yang punya sifat bocor akan cenderung menyanyi kemana-mana. Kepada setiap orang yang dijumpainya, orang yang baru dikenalnya hingga dalam majelis ilmu pun tidak jarang menjadi tempat bercerita. Akhirnya aib dan rahasia klien tersebar kemana-mana. Sebagai comblang mesti berusaha keras untuk mengerem penyakit mulut ini. Jangan sampai ada yang dirugikan oleh gerakan lembut bibir tipis dan lidah tak bertulang. Bukankah banyak orang yang terjerumus kedalam neraka gara-gara tidak bisa menjaga lisannya?

Sabar
Sebagaimana ikhlas, sabar pun senantiasa diperlukan setiap saat setiap kondisi. Sikap klien memang kadang membosankan atau bahkan menjengkelkan, tidak jarang malah menyakitkan. Menghadapi orang-orang semacam ini tentu sabar harus selalu dikedepankan, sehingga tidak merusak niat baik kita untuk menolong. Syukur kalau bisa dinasihati, kalau tidak yang ditinggal juga bukan hal yang salah. Ada lagi tipe klien yang suka kebingungan karena terlalu selektif. Tipe klien "Abu Nazhar" ini, karena suka nazhar sana nazhar sini. Setelah nazhar (melihat) satu gadis yang ingin dipinangnya, masih ingin melihat yang lain hingga berkali-kali. Sikap sabar dan pengertian juga diperlukan untuk menghadapi tipe klien demikian. Pendek kata seorang comblang mesti melekat padanya sifat sabar.

Berani Mengambil Resiko
Menjadi seorang comblang memang besar pahalanya, namun bukan berarti tanpa resiko. Resikonya cukup banyak, dari sekadar dikomplain klien, dimaki-maki, hingga harus menggantikan klien yang melarikan diri. Lho kok? Seperti pengalaman RX (33th), sebut saja begitu, yang sempat men-comblang-i dua insan berbeda jenis. Sebenarnya juga bukan kebiasaannya jadi comblang, hanya karena waktu itu aktif memberi kajian mahasiswi jadilah comblang "karbitan". Singkat cerita dua pihak dari kliennya sepakat untuk menikah walau masih menyisakan sedikit permasalahan keluarga. Hingga tiba hari H jam J pernikahan kliennya, calon pengantin lelaki yang ditunggu-tunggu tidak hanya oleh calon pengantin wanita, tapi juga seluruh tamu undangan tidak muncul-muncul. Hingga tiba-tiba datang berita keluarga pengantin lelaki membatalkan rencana pernikahan. Duh, saya kan hanya comblang, hatinya sempat sedikit protes, tapi..! Dengan berbagai pertimbangan, comblang yang waktu itu masih berumur 24 tahun harus merelakan diri menggantikan pengantin lelaki yang melarikan diri, mendampingi pengantin wanita yang berusia 28 tahun. Bukan masalah umur, kalau memang Anda siap menanggung berbagai resiko tidak ada salahnya berharap mendulang pahala dengan menjadi comblang. Anda yang merasa berat jodoh pun ada baiknya meminta bantuan mak comblang. Siap...? (abu judzamah)

Yathie
(Dalam seribu teman belum tentu wujud seorang sahabat, karena PERSAHABATAN itu memerlukan kejujuran yang merupakan kebahagiaan dalam kehidupan)

0 komentar:

Total Tayangan Halaman

Entri Populer

Translate

Blog Archive