Orang-orang yang Didoakan oleh Malaikat

Senin, 09 Agustus 2010


Inilah orang–orang yang didoakan oleh para malaikat :


  1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.
    Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci'" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)

  2. Orang yang duduk menunggu shalat.
    Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia'" (Shahih Muslim no. 469)

  3. Orang–orang yang berada di shaf bagian depan di dalam shalat.
    Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang–orang) yang berada pada shaf–shaf terdepan" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)

  4. Orang–orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf).
    Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang–orang yang menyambung shaf–shaf" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)

  5. Para malaikat mengucapkan 'Amin' ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah.
    Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu" (Shahih Bukhari no. 782)

  6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.
    Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia'" (Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)

  7. Orang–orang yang melakukan shalat shubuh dan 'ashar secara berjama'ah.
    Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku ?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat'" (Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)

  8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.
    Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' ra., bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan'" (Shahih Muslim no. 2733)

  9. Orang–orang yang berinfak.
    Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit'" (Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)

  10. Orang yang makan sahur.
    Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang–orang yang makan sahur" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)

  11. Orang yang menjenguk orang sakit.
    Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh" (Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")

  12. Seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
    Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain" (dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)

Maraji' :
Disarikan dari Buku Orang – orang yang Didoakan Malaikat, Syaikh Fadhl Ilahi, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Februari 2005

Bagaimana Menyikapi Tahlilan?

SUMBER : PUSAT KONSULTASI SYARIAH (http://www.syariahonline.com) KONSULTAN AHLI : Dr. Salim Segaf Al-Jufri, MA, Dr. Surahman Hidayat, MA, Dr. Muslih Abdul Kariem, MA, Dr. Ahzami Samiun Jazuli, MA, Dr. Daud Rasyid, MA, KH. Yusuf Supendi, Lc

  1. PENDAHULUAN
    Dakwah yang mengajak manusia kepada Allah SWT membutuhkan sikap lemah lembut dan tegas, karena yang dihadapi seorang da'i adalah berbagai lapisan masyarakat. Jika dakwah dilakukan terlalu kasar, maka mereka tidak akan menerima dan bahkan lari darinya. Dalam masyarakat terjadi beberapa kesalahan dan kemunkaran, namun dianggap suatu ajaran agama, antara lain: upacara perkawinan, acara tujuh bulanan, upacara kematian, dan lain sebagainya.
    Dalam kesempatan ini Pusat Konsultasi Syari'ah ingin memberikan penjelasan hal-hal yang berkaitan dengan upacara kematian, tegasnya masalah hukum tahlilan dan hal-hal yang terkait dengannya.

  2. WAKTU PELAKSANAAN TAHLILAN
    Tahlilan atau upacara selamatan untuk orang yang telah meninggal, biasanya dilakukan pada hari pertama kematian sampai dengan hari ketujuh, selanjutnya dilakukan pada hari ke-40, ke-100, ke-satu tahun pertama, kedua, ketiga dst. Dan ada juga yang melakukan pada hari ke-1000. Dalam upacara dihari-hari tersebut, keluarga si mayyit mengundang orang untuk membaca beberapa ayat dan surat Al-Quran, tahlil, tasbih, tahmid, shalawat dan do'a. Pahala bacaan Al-Quran dan dzikir tersebut dihadiahkan kepada si mayyit.

    Menurut penyelidikan para ahli, upacara tersebut diadopsi oleh para da'i terdahulu dari upacara kepercayaan Animisme, agama Budha dan Hindu. Menurut kepercayaan Animisme, Hinduisme dan Budhisme bila seseorang meninggal dunia maka ruhnya akan datang ke rumah pada malam hari mengunjungi keluarganya.
    Jika dalam rumah tadi tidak ada orang ramai yang berkumpul-kumpul dan mengadakan upacara-upacara sesaji, seperti membakar kemenyan, dan sesaji terhadap yang ghaib atau ruh-ruh ghaib, maka ruh orang mati tadi akan marah dan masuk (sumerup) ke dalam jasad orang yang masih hidup dari keluarga si mati. Maka untuk itu semalaman para tetangga dan kawan-kawan atau masyarakat tidak tidur, membaca mantera-mantera atau sekedar kumpul-kumpul. Hal semacam itu dilakukan pada malam pertama kematian, selanjutnya malam ketiga, ketujuh, ke-100, satu tahun, dua tahun dan malam ke-1000.

    Setelah orang-orang yang mempunyai kepercayaan tersebut masuk Islam, mereka tetap melakukan upacara-upacara tersebut. Sebagai langkah awal, para da'i terdahulu tidak memberantasnya, tetapi mengalihkan dari upacara yang bersifat Hindu dan Budha itu menjadi upacara yang bernafaskan Islam. Sesaji diganti dengan nasi dan lauk-pauk untuk shodaqoh. Mantera digantikan dengan dzikir, do'a dan bacaan-bacaan Al-Quran. Upacara semacam ini kemudian dianamakan Tahlilan yang sekarang telah membudaya pada sebagian besar masyarakat.

  3. MENYEDIAKAN MAKANAN
    Dalam acara Tahlilan, keluarga mayyit biasanya menyediakan makanan untuk orang-orang yang datang pada upacara tersebut sebagai sedekah. Padahal Nabi Muhammad SAW memerintahkan supaya para tetangga memberi atau menyediakan makanan kepada keluarga mayyit. Para tetangga, sanak famili, dan handai taulan supaya datang ikut bela sungkawa dengan membawa sesuatu untuk penyelenggaraan jenazah atau membawa makanan untuk keluarga yang dilanda musibah.

    Ketika datang khabar bahwa Ja'far telah terbunuh, Rasulullah SAW bersabda:
    "Bikinkanlah makanan untuk keluarga Ja'far karena telah datang kepada mereka hal yang menyibukkan mereka" (HR Asy-Syafi'i dan Ahmad).


    Jadi yang menyediakan makanan adalah tetangga untuk keluarga yang kena musibah kematian, bukan yang terkena musibah menyediakan makanan buat orang yang datang. Dan hadits lain menerangkan bahwa menghidangkan makanan dalam upacara kematian adalah termasuk meratap yang dilarang oleh agama sebagaimana hadits yang diriwayatkan imam Ahmad dari Jabir bin Abdullah Al Bajali dengan sanad yang shohih:

    "Adalah kami (para sahabat) menganggap bahwa berkumpul di rumah ahli mayyit dan mereka menyediakan makanan sesudah mayyit dimakamkan adalah termasuk perbuatan meratap".

    Riwayat lain menerangkan:
    Bahwa Jabir datang kepada Umar ra, lalu Umar bertanya: "Adakah mayyit kalian diratapi?" Dia menjawab: Tidak, lalu bertanya juga: "Adakah orang-orang berkumpul di keluarga mayyit dan membuat makanan?" Dia menjawab: ya, maka Umar berkata: "Yang demikian adalah ratapan". (Al Mugni Ibnu Qudamah zuz 2 hal 43).

    Diterangkan dalam kitab 'Ianatu Thalibin jilid 2 hal. 145-146, bahwa fatwa-fatwa dari mufti-mufti Mekah dari 4 Madzhab menerangkan bahwa perbuatan perbuatan itu adalah munkar:

    • Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, mufti Madzhab Syafi'i:
      "Ya, perbuatan yang dilakukan oleh beberapa orang berkumpul di rumah orang yang kena musibah kematian dan menyediakan makanan adalah perbuatan bid'ah munkarah dan penguasa yang mencegahnya akan mendapatkan pahala".

    • Fatwa dari Mufti Madzhab Hanafi:
      "Ya, penguasa akan diberi pahala karena melarang manusia dari perbuatan bid'ah"

    • Fatwa Madzhab Maliki dan Hambali:
      "Telah menjawab seperti kedua jawaban di atas mufti Madzhab Maliki dan Mufti Madzhab Hambali"

    Dengan demikian jelaslah bahwa berkumpul di rumah ahli mayyit dan makan-minum yang disediakan oleh keluarga mayyit adalah perbuatan munkar yang harus dihindari.

  4. BERDO'A MENGHADIAHKAN PAHALA KEPADA ORANG YANG TELAH MENINGGAL.
    Para ulama berbeda pendapat tentang hukum berdo'a dan mengahadiahkan pahala ibadah kepada orang yang telah meninggal dunia.

    PENDAPAT PERTAMA
    Hal tersebut tidak diperintahkan agama berdasarkan dalil:

    • QS. An-Najm: 38-39
      "Yaitu bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya"

    • QS. Yaasiin: 54
      "Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun dan kamu tidak dibalasi kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan"

    • QS. Al Baqaraah: 286
      "Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya".

    Ayat-ayat diatas adalah sebagai jawaban dari keterangan yang mempunyai maksud yang sama, bahwa orang yang telah mati tidak bisa mendapat tambahan pahala kecuali yang disebutkan dalam hadits:
    "Apabila seorang manusia meninggal maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal: Sedekah jariyah, anak yang shalih yang mendo'akannya atau ilmu yang bermanfaat sesudahnya" (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Nasa'i dan Ahmad).

    PENDAPAT KEDUA
    Membedakan antara ibadah badaniyah dan ibadah maliyah.
    Pahala ibadah maliyah seperti shadaqah dan hajji sampai kepada mayyit, sedangkan ibadah badaniyah seperti shalat dan bacaan Al-Quran tidak sampai.
    Pendapat ini merupakan pendapat yang masyhur dari Madzhab Syafi'i dan pendapat Madzhab Malik. Mereka berpendapat bahwa ibadah badaniyah adalah termasuk kategori ibadah yang tidak bisa digantikan orang lain, sebagaimana sewaktu hidup seseorang tidak boleh menyertakan ibadah tersebut untuk menggantikan orang lain. Hal ini sesuai dengan sabda Rasul SAW:
    "Seseorang tidak boleh melakukan shalat untuk menggantikan orang lain, dan seseorang tidak boleh melakukan shaum untuk menggantikan orang lain, tetapi ia memberikan makanan untuk satu hari sebanyak satu mud gandum" (HR An-Nasa'i).

    PENDAPAT KETIGA
    Do'a dan ibadah, baik maliyah maupun badaniyah bisa bermanfaat untuk mayyit berdasarkan dalil berikut ini:

    Dalil Quran:
    Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdo'a : "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami" (QS Al Hasyr: 10)

    Dalam ayat ini Allah SWT menyanjung orang-orang yang beriman karena mereka memohonkan ampun (istighfar) untuk orang-orang beriman sebelum mereka. Ini menunjukkan bahwa orang yang telah meninggal dapat manfaat dari istighfar orang yang masih hidup.

    Dalil Hadits:

    • Dalam hadits banyak disebutkan do'a tentang shalat jenazah, do'a setelah mayyit dikubur dan ziarah kubur.
      Tentang do'a shalat jenazah antara lain, Rasulullah SAW bersabda:
      "Dari Auf bin Malik ia berkata: Saya telah mendengar Rasulullah SAW setelah selesai shalat jenazah-bersabda: 'Ya Allah ampunilah dosanya, sayangilah dia, maafkanlah dia, sehatkanlah dia, muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah kuburannya, mandikanlah dia dengan air es dan air embun, bersihkanlah dari segala kesalahan sebagaimana kain putih bersih dari kotoran, gantikanlah untuknya tempat tinggal yang lebih baik dari tempat tinggalnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya dan peliharalah dia dari siksa kubur dan siksa neraka'"(HR Muslim).

      Tentang do'a setelah mayyit dikuburkan, Rasulullah SAW bersabda:
      "Dari Ustman bin Affan ra berkata: Adalah Nabi SAW apabila selesai menguburkan mayyit beliau beridiri lalu bersabda: 'mohonkan ampun untuk saudaramu dan mintalah keteguhan hati untuknya, karena sekarang dia sedang ditanya'" (HR Abu Dawud)

      Sedangkan tentang do'a ziarah kubur antara lain:
      "Diriwayatkan oleh Aisyah ra bahwa ia bertanya kepada Nabi SAW: 'Bagaimana pendapatmu kalau saya memohonkan ampun untuk ahli kubur?' Rasul SAW menjawab, 'Ucapkan: (salam sejahtera semoga dilimpahkan kepada ahli kubur baik mukmin maupun muslim dan semoga Allah memberikan rahmat kepada generasi pendahulu dan generasi mendatang dan sesungguhnya Insya Allah- kami pasti menyusul)'" (HR Muslim).

    • Dalam Hadits tentang sampainya pahala shadaqah kepada mayyit:
      Dari Abdullah bin Abbas ra bahwa Saad bin Ubadah ibunya meninggal dunia ketika ia tidak ada ditempat, lalu ia datang kepada Nabi SAW unntuk bertanya: "Wahai Rasulullah SAW sesungguhnya ibuku telah meninggal sedang saya tidak ada di tempat, apakah jika saya bersedekah untuknya bermanfaat baginya? Rasul SAW menjawab: Ya, Saad berkata: saksikanlah bahwa kebunku yang banyak buahnya aku sedekahkan untuknya" (HR Bukhari).

    • Dalil Hadits Tentang Sampainya Pahala Shaum:
      Dari Aisyah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang meninggal dengan mempunyai kewajiban shaum (puasa) maka keluarganya berpuasa untuknya" (HR Bukhari dan Muslim)

    • Dalil Hadits Tentang Sampainya Pahala Haji:
      Dari Ibnu Abbas bahwa seorang wanita dari Juhainnah datang kepada Nabi dan bertanya: "Sesungguhnya ibuku nadzar untuk haji, namun belum terlaksana sampai ia meninggal, apakah saya bisa melakukan haji untuknya? Rasul menjawab: Ya, bagaimana pendapatmu kalau ibumu mempunyai hutang, apakah kamu membayarnya? bayarlah hutang Allah, karena hutang Allah lebih berhak untuk dibayar" (HR Bukhari)

    Dalil Ijma

    • Para ulama sepakat bahwa do'a dalam shalat jenazah bermanfaat bagi mayyit.

    • Bebasnya utang mayyit yang ditanggung oleh orang lain sekalipun bukan keluarga. Ini berdasarkan hadits Abu Qotadah dimana ia telah menjamin untuk membayar hutang seorang mayyit sebanyak dua dinar. Ketika ia telah membayarnya Nabi bersabda:
      "Sekarang engkau telah mendinginkan kulitnya" (HR Ahmad)

    Dalil Qiyas
    Pahala itu adalah hak orang yang beramal. Jika ia menghadiahkan kepada saudaranya yang muslim, maka hal itu tidak ada halangan sebagaimana tidak dilarang menghadiahkan harta untuk orang lain di waktu hidupnya dan membebaskan utang setelah wafatnya. Islam telah memberikan penjelasan sampainya pahala ibadah badaniyah seperti membaca Al-Quran dan lainnya diqiyaskan dengan sampainya puasa, karena puasa adalah menahan diri dari yang membatalkan disertai niat, dan itu pahalanya bisa sampai kepada mayyit. Jika demikian bagaimana tidak sampai pahala membaca Al-Quran yang berupa perbuatan dan niat.

    Jawaban Terhadap Pendapat Pertama
    Firman Allah, surat An-Najm: 38-39, yaitu bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dapat dijawab dengan dua jawaban:
    • Bahwa seseorang dengan usaha dan hubungan baiknya mendapatkan banyak kawan dan mempunyai keturunan dan kasih sayang terhadap orang lain. Hal itu mengundang simpatisan orang untuk berdo'a dan menghadiahkan pahala. Itu adalah hasil usahanya sendiri. Bahkan hubungan melalui agama merupakan sebab yang paling besar bagi sampainya manfaat orang Islam kepada saudaranya dikala hidup dan sesudah wafatnya. Bahkan do'a orang Islam dapat bermanfaat untuk orang Islam lain.

    • Al-Quran tidak menafikan seseorang mengambil manfaat dari usaha orang lain, yang dinafikan adalah memiliki suatu manfaat yang bukan usahanya. Oleh karena itu Allah menerangkan bahwa manusia tidak memiliki kecuali hasil usahanya sendiri. Adapun usaha orang lain adalah miliknya jika ia mau, ia bisa memberikannya kepada orang lain dan jika tidak mau hasil usahanya itu dia miliki sendiri.

      Firman Allah dalam surat An-Najm sebagaimana di atas, adalah dua ayat muhkamat yang menunjukkan keadilan Allah SWT. Ayat pertama menjelaskan bahwa Allah SWT tidak menyiksa seseorang karena kesalahan orang lain. Sedangkan ayat kedua menerangkan bahwa seseorang tidak mendapatkan kebahagaiaan kecuali dengan usahanya sendiri. Hal ini akan menghapuskan angan-angannya bahwa dia akan selamat karena amal orang-tua dan nenek moyangnya yang terdahulu. Allah SWT tidak menyatakan bahwa dia tidak dapat mengambil manfaat kecuali dari usahanya sendiri. Sedangkan firman Allah surat Al Baqarah 286 Dan firman Allah surat Yasiin 54: Menerangkan bahwa seseorang tidak akan disiksa lantaran perbuatan orang lain.

      Adapun argumentasi mereka dengan hadits: "Apabila bani Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: Shodaqoh jariah, Anak sholeh yang selalu mendo'akannya dan Ilmu yang dimanfaatkannya" adalah argumentasi yang tidak dapat dipertanggung-jawabkan, karena Rasulullah SAW tidak berkata :inqitho'a intifa'uhu (putuslah pengambilan manfaatnya), namun Rasul saw. mengatakan: Inqqitho'a Amaluhu (putuslah amalnya). Adapun amal orang lain adalah miliknya jika orang lain tersebut menghadiahkan amalnya untuk dia, maka pahalanya akan sampai kepadanya bukan pahala amalnya, sebagaimana dalam pembebasan utang.

    Jawaban Terhadap Pendapat Kedua
    Rasulullah SAW menganjurkan puasa untuk menggantikan puasa orang yang telah meninggal padahal ibadah puasa seseorang tidak boleh digantikan orang lain. Begitu juga hadits Jabir ra yang diriwayatkan Ahmad, Abu Dawud dan Turmudzi yang menerangkan bahwa ia pernah shalat Iedul Adha bersama Rasulullah SAW, setelah selesai shalat beliau diberikan seekor domba lalu beliau menyembelihnya seraya mengucapkan: "Dengan nama Allah, Allah Maha Besar, ya Allah, kurban ini untukku dan untuk umatku yang belum melakukan qurban".

    Dalam hadits ini Rasulullah SAW menghadiahkan pahala qurban untuk umatnya yang tidak mampu berqurban, padahal qurban adalah melalui menumpahkan darah.
    Demikian juga ibadah haji merupakan ibadah badaniyah. Harta bukan merupakan rukun dalam haji tetapi sarana. Hal itu karena seorang penduduk Mekah wajib melakukan ibadah haji apabila ia mampu berjalan ke Arafah tanpa disyaratkan harus memiliki harta. Jadi ibadah haji bukan ibadah yang terdiri dari harta dan badan, namun ibadah badan saja. Kemudian perhatikan juga fardhu kifayah, dimana sebagian orang mewakili sebagian yang lain.

    Kemudian persoalan ini, persoalan menghadiahkan pahala, bukan menggantikan pahala, sebagaimana seorang buruh tidak boleh digantikan orang lain, tapi upahnya boleh diberikan kepada orang lain jika ia mau.

  5. KESIMPULAN
    HUKUM TAHLILAN
    *** Ditinjau dari segi bacaan: ayat-ayat suci Al-Quran, tahlil, tahmid, takbir, tasbih, shalawat, do'a dll. semua itu sangat dianjurkan oleh Islam untuk membacanya.

    *** Ditinjau dari sisi hidangan yang disediakan oleh keluarga mayyit, hal ini bertentangan dengan hadits:
    • Ja'far bin Abi Thalib.
    • Maqasid Syari'ah: Bahwa Islam selalu menganjurkan untuk peduli dan membantu orang yang sedang susah. Namun realitanya sebaliknya orang yg kena musibah yang memberi bantuan kepada orang yg tak kena musibah.
    • Banyak orang miskin memaksakan diri untuk menyediakan hidangan sekalipun dengan hutang.
    • Ditinjau dari sisi waktu : Bahwa tahlilan hari pertama, ketiga, ketujuh, ke-40, ke-100, haul (ulang tahun kematian), dan ke-1000. Ini adalah sisa-sisa agama Animisme, Hindu dan Budha yang dibawa oleh pemeluk agama Islam dari kalangan mereka

    SIKAP DA'I TERHADAP TAHLILAN YANG DILESTARIKAN MAYORITAS MASYARAKAT
    Jika mengikutinya dengan maksud untuk membawa misi perbaikan dan amar ma'ruf nahi munkar dengan bijak, merubah sisa-sisa jahiliyah menjadi Islam, maka hal itu tugas mulia bagi setiap muslim terutama para da'i, namun jika tidak, berarti menyetujui bahkan melegitimasi perbuatan itu, hal ini sangat tercela menurut Islam.

    CONTOH SOLUSI
    *** Merubah hari-hari yang ditentukan oleh Animisme, Hindu dan Budha, 1,3,7,40,100, 1 tahun 1000 menjadi hari lainnya, hari libur jum'at atau lainnya. Yang penting tidak terfokus hari tertentu seakan-akan ketentuan agama.
    *** Hidangan dapat dikoordinir oleh majelis ta'lim, atau yayasan atau, RT untuk membantu setiap keluarga yang kena musibah.
    *** Dilaksanakan di masjid tanpa hidangan, keluarga mayyit dapat bersedekah semampunya untuk mayyit.

Mengapa Menunda Pernikahan?


Rasulullah saw. pernah berkata kepada Ali ra: Hai Ali, ada 3 perkara yang jangan kamu tunda-tunda pelaksanaannya, yaitu shalat apabila tiba waktunya, jenazah apabila sudah siap penguburannya, dan wanita bila menemukan pria sepadan yang meminangnya (HR. Ahmad)

Kalau kita tanya seseorang pemuda/pemudi, Mengapa belum menikah?
Maka jawabanya antara lain:


  1. Masih kuliah/menuntut ilmu.
    Dikhawatirkan bila menikah akan mempengaruhi prestasi belajar dan mempengaruhi persiapan masa depan. Hal ini sesungguhnya tergantung dari manajemen waktu.
    Waktu yang biasanya dipakai untuk hura-hura setelah waktu kuliah, diganti dengan mencari nafkah atau bercengkrama dengan keluarga.

    Disisi lain, bisa menghemat sewa kamar (kost-kost an), dapat saling membantu mengerjakan tugas (kalau satu bidang studi) atau dapat memperluas wawasan diskusi interdisipliner misalnya suami studi ilmu komputer dan istri akutansi maka diskusi komputasi akutansi akan nyambung, atau biologi dengan kimia diskusi tentang biokimia.

  2. Bila menikah akan terkekang, tidak bisa bebas lagi, tidak bisa kongkow-kongkow di mal setelah pulang kuliah atau kerja, bertambah beban tanggung jawab untuk memberi nafkah istri dan anak.
    Sedangkan Rasulullah saw. bersabda: "Bukan golonganku orang yang merasa khawatir akan terkungkung hidupnya karena menikah kemudian ia tidak menikah" (HR Thabrani).

  3. Belum siap dalam hal materi/rezeki.
    Banyak yang beranggapan kalau mau menikah harus siap materi, yang berarti harus punya jabatan yang mapan, rumah minimal BTN, kendaraan dll, sehingga bila belum terpenuhi semua itu, takut untuk "maju". Sedangkan Allah Ta’ala menjamin akan memberikan rizki bagi yang menikah seperti dalam firmanNYA: Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. 24:32).

    Rasulullah saw. bersabda :
    "Carilah oleh kalian rezeki dalam pernikahan dalam kehidupan berkeluarga." (HR Imam Dailami dalam musnad Al Firdaus).

  4. Tidak ada/belum ada jodoh
    Di bawah ini adalah pesan Rasulullah saw.:
    Imam Thabrani meriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa menikahi wanita karena kehormatannya (jabatan), maka Allah SWT hanya akan menambah kehinaan; barang siapa menikah karena hartanya, maka Allah tidak akan menambah kecuali kefakiran; barang siapa menikahi wanita karena hasab (kemuliaannya), maka Allah hanya akan menambah kerendahan. Dan barang siapa yang menikahi wanita karena ingin menutupi (kehormatan) matanya, membentengi farji (kemaluan)nya, dan mempererat silaturahmi, maka Allah SWT akan memberi barakah-Nya kepada suami-istri tersebut".

    Imam Abu Daud & At Tirmidzi meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Tetapi nikahilah wanita itu karena agamanya. Sesungguhnya budak wanita yang hitam lagi cacat, tetapi taat beragama adalah lebih baik dari pada wanita kaya & cantik tapi tidak taat beragama)". Bukan berarti Rasulullah SAW mengabaikan penampilan fisik dari pasangan kita, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: "Kawinilah wanita yang subur rahimnya dan pecinta " (HR Abu Daud, An Nasai & Al Hakim).

Tiga kunci kebahagiaan suami adalah: Istri yang solehah, yang jika dipandang membuat semakin sayang, jika kamu pergi membuat tenang karena bisa menjaga kehormatannya dan taat pada suami".

Mungkin masih ada alasan lainya, yang tidak akan dibahas disini misalnya:

  • Karena kakak (apalagi wanita) belum menikah
  • Karena orang tua terlalu selektif memilih calon mantu.
  • dll.

Manfaat menikah di usia muda:

  1. Menjaga kesucian fajr (kemaluan) dari perzinaan serta menjaga pandangan mata. (QS 24: 30-31).
  2. Dapat melahirkan perasaan tentram (sakinah), cinta (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah) dalam hati. (QS 30:21).
  3. Segera mendapatkan keturunan, dimana anak akan menjadi Qurrata A'yunin (penyejuk mata, penyenang hati) (QS 25:74)
  4. Karena usia yang baik untuk melahirkan bagi wanita antara 20-30 tahun, diatas umur tersebut akan beresiko baik bagi ibu maupun sang bayi.
  5. Memperbanyak ummat Islam. Seperti yang dipesankan Rasulullah saw, beliau akan membanggakan jumlah ummatnya yang banyak nanti di akhirat.

Kemuliaan menikah:

Barang siapa menggembirakan hati istri, (maka) seakan-akan menangis takut kepada Allah. Barang siapa menangis takut kepada Allah, maka Allah mengharamkan tubuhnya dari neraka. Sesungguhnya ketika suami istri saling memperhatikan, maka Allah memperhatikan mereka berdua dengan penuh rahmat. Manakala suami merengkuh telapak tangan istri (diremas-remas), maka berguguranlah dosa-dosa suami-istri itu dari sela-sela jarinya." (HR Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi' dari Abu Sa'id Al-Khudzri)

Juga dapat ditambahkan, bahwa Islam memberi nilai yang tinggi bagi siapa yang telah menikah, dengan menikah berarti seseorang telah melaksanakan SEPARUH dari agama Islam!, tinggal orang tersebut berhati-hati melaksanakan yang separuhnya lagi agar tidak sesat.
Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa menikah, maka dia telah menguasai separuh agamanya, karena itu hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi. (HR Al Hakim).

Kehinaan melajang/membujang: "Orang yang paling buruk diantara kalian ialah yang melajang (membujang) dan seburuk-buruk mayat (diantara) kalian ialah yang melajang (membujang)". (HR Imam, diriwayatkan juga oleh Abu Ya'la dari Athiyyah bin Yasar).

Itulah yang dapat saya sampaikan kali ini, silakan menambah pengetahuan ikhwati semua yang berencana menikah dengan membaca buku tentang pernikahan atau keluarga islami yang banyak dijual, antara lain:

  • Cahyadi Takariawan: Pernik-Pernik Rumah Tangga Islami.
  • Muhammad Fauzil Adhim: Kupinang Engkau dengan Hamdalah
  • Mustaghfiri Asror: Hak dan Kewajiban Suami Istri.
  • Sholih Al Fauzan: Pemuda Islam di Seputar Persoalan yang Dihadapi.

Wanita ... Mutiara Yang Terpelihara


Muslimah - 19 Desember 2004 (Sumber : http://www.aldakwah.org)

Aldakwah.org--Wahai saudariku, Allah telah memuliakanmu dan mengangkat tinggi kedudukanmu, Ia menginginkan dirimu terpelihara dan terjaga dari tangan-tangan jahat yang ingin menjerumuskanmu ke lembah kehinaan dan memanfaatkan kelemahanmu, oleh karena itu, Ia menetapkan hukum dan peraturan yang dapat menjamin jatidirimu sebagai seorang wanita, karena engkau bukanlah laki-laki dan laki-laki juga bukanlah dirimu, Allah SWT berfirman:
"dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan?" (QS. 3:36)

Allah memang menghendaki menciptakan ciptaan-Nya terdiri dari jenis laki-laki dan wanita, Ia berfirman:
"Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah". (QS. 51:49)

Keduanya diciptakan Allah dengan sifat dan karakter yang berbeda untuk saling melengkapi satu sama lain bukan saling berhadapan dan bersaing dalam kehidupan, wilayah peranmu berbeda dengan saudara kandungmu itu, semua itu Allah lakukan semata-mata demi menjadikanmu manusia yang terhormat, berwibawa dan mulia.

Wahai saudariku, aku ingin mengajakmu merenungkan beberapa hukum yang Ia syariatkan untukmu demi memelihara kemulian jatidirimu sebagai wanita.

Pertama, Allah menghalalkan kepadamu memperhias diri dengan perhiasan dari emas dan sutra murni yang Ia haramkan bagi kaum laki-laki, Rasulullah bersabda:
"Kedua perhiasan ini (emas dan sutra murni) diharamkan bagi laki-laki dan dihalalkan bagi wanita" (HR. Ibnu Majah dari Ali bin Abi Thalib a.). Ia halalkan semua ini untukmu demi menjaga kecantikanmu dan sifatmu yang lembut.

Kedua, Sebaliknya, Allah mengharamkan segala sesuatu yang dapat menghilangkan sifat kewanitaanmu yang halus dan lembut itu baik dalam berpakaian, bertingkah dan perilaku yang menyerupai laki-laki, demikian juga laki-laki diharamkan menyerupai wanita dalam pakaian, gerak dan tingkah laku, karena hal itu tidak sesuai dengan jiwa dan tabiatnya. Rasulullah` bersabda:
"Allah melaknati laki-laki memakai pakaian wanita dan wanita memakai pakaian laki-laki" (HR. Abu Daud dari Abu Hurairah ra.)

Ketiga, Allah melindungi kelemahanmu dan menempatkanmu selalu dalam naungan laki-laki, Ia tidak menuntutmu mencari penghidupan untuk memenuhi kebutuhanmu atau kebutuhan orang lain, tetapi kaum laki-lakilah yang Ia wajibkan memenuhi semua kebutuhan hidupmu, karena Ia tak ingin engkau bergulat dalam kehidupan demi sesuap nasi agar engkau tak terhina. Jika engkau seorang gadis, ayahmu dan saudara laki-lakimulah yang memenuhi kebutuhanmu, jika engkau seorang ibu, anakmu yang laki-laki yang dituntut menjamin kebutuhan hidupmu dan jika engkau seorang istri, suamimu yang harus bertanggung jawab atas semua kebutuhanmu, lalu jika tak ada seorangpun diantara mereka yang menjamin kebutuhan hidupmu maka Allah mewajibkan kepada pemerintah memenuhi semua hajat hidupmu yang asasi.

Keempat, Allah memerintahkan kepadamu menjaga pandanganmu terhadap lawan jenismu agar syetan tidak menjerumuskanmu kedalam kubangan yang hina. Allah berfirman:
"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangan mereka?" (QS. 24:31)

Kelima, Allah memerintahkan kepadamu menjaga tubuhmu dari pelecehan tangan-tangan jahil dan penghinaan mata-mata yang usil dengan membalutnya dengan pakain mulia keculai muka dan telapak tanganmu. Allah berfirman:
"dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka"
(QS. 24:31)

Keenam, Allah memerintahkan kepadamu tidak menampakkan perhiasanmu yang tersembunyi seperti rambut, leher, betis dan lengan tanganmu kecuali kepada suamimu, dan orang-orang yang termasuk mahram bagimu. Allah berfirman yang artinya:
"dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita..." (QS. 24:31)

Ketujuh, Allah memerintahkan kepadamu berjalan dengan santai dan berbicara dengan nada rendah sehingga engkau nampak berwibawa dan terhormat. Allah berfirman:
"Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan..." (QS. 24:31)

"Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya?(QS. 33:32)

Kedelapan, Allah memerintahkan kepadamu menghindari segala sesuatu yang dapat menarik perhatian kaum laki-laki kepada dirimu dan tergoda dengan penampilanmu dengan mengikuti prilaku kaum jahiliyah pertama atau kaum jahiliyah abad ini. Rasulullah bersabda:
"Wanita yang memakai parfum lalu keluar dari rumahnya agar orang-orang mencium aromanya adalah penzina" (HR. Abu Daud)

Kesembilan, Allah melarangmu berduaan dengan laki-laki selain suami dan mahrammu agar syetan tidak menjatuhkanmu ke jurang kehinaan. Rasulullah bersabda:
"Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita dan janganlah pula ia pergi kecuali didampingi mahramnya" (Muttafaqun'alaih)

Saudariku, jika engkau renungkan semua perintah Allah ini dengan hati nurani yang jernih dan jujur, maka engkau akan mendapatkan bahwa Allah sungguh telah menempatkan dirimu bagaikan intan mutiara yang tersimpan di tempat yang terjaga yang tidak boleh dijamah oleh tangan orang yang di hatinya ada penyakit, engkau adalah makhluk mulia dan terhormat di dalam Islam.

Bahaya Meninggalkan Shalat


Buletin An-Nur

  1. Meninggalkan Shalat Merupakan Kekufuran
    Allah subhanahu wata'ala berfirman mengenai orang-orang Musyrikin, artinya,

    "Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama." (at-Taubah: 11)

    Yakni, jika mereka bertaubat dari kesyirikan dan kekufuran mereka, mendirikan shalat dengan meyakini kewajibannya, melaksanakan rukun-rukunnya dan membayar zakat yang diwajibkan, maka mereka adalah saudara di dalam agama Islam. Jadi, yang dapat difahami dari ayat ini, bahwa siapa saja yang ngotot melakukan kesyirikan, meninggalkan shalat atau menolak membayar zakat, maka ia bukan saudara kita dalam agama Islam.

    Dalam sebuah hadits dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhu, ia berkata,
    "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

    "(Pembeda) antara seseorang dan kekufuran adalah meninggalkan shalat."
    (HR. Muslim)

    Imam Ahmad rahimahullah berkata, "Aku khawatir tidak halal bagi laki-laki (suami) diam bersama isteri yang tidak melakukan shalat, tidak mandi jinabah dan tidak mempelajari al-Qur'an."

    Terlepas dari perbedaan pendapat para ulama seputar jenis kekufuran orang yang meninggalkan shalat karena bermalas-malasan meskipun menyakini kewajibannya, maka yang pasti perbuatan itu amat dimurkai.

  2. Meninggalkan Shalat Merupakan Kemunafikan
    Mengenai hal ini, Allah subhanahu wata'ala berfirman, artinya:

    "Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya' (dengan shalat) di hadapan manusia dan tidaklah mereka menyebut Allah melainkan sedikit sekali." (an-Nisa`:142)

    Yakni, mereka, di samping melakukan shalat karena riya', juga bermalas-malasan dan merasa amat berat melakukannya, tidak mengharap pahala dan tidak meyakini bahwa meninggalkannya mendapat siksa.

    Ibnu Mas'ud radhiyallahui 'anhu berkata mengenai shalat berjama'ah, "Aku betul-betul melihat, tidak seorang pun di antara kami yang tidak melakukannya (shalat berjama'ah) selain orang yang munafik tulen. Bahkan ada seorang yang sampai bergelayut di antara dua orang disampingnya agar dapat berdiri di dalam shaf (karena ia masih sakit)." (HR. Muslim)

  3. Meninggalkan Shalat Menjadi Sebab Mendapatkan Su'ul Khatimah
    Imam Abu Muhammad 'Abdul Haq rahimahullah berkata, "Ketahuilah, bahwa Su'ul Khatimah -semoga Allah melindungi kita darinya- tidak akan terjadi terhadap orang yang kondisi lahiriahnya lurus (istiqamah) dan batinnya baik.
    Alhamdulillah, hal seperti ini tidak pernah didengar dan tidak ada yang mengetahui pernah terjadi. Tetapi ia terjadi terhadap orang yang akalnya rusak dan ngotot melakukan dosa besar. Bisa jadi, kondisi seperti itu menguasainya lalu kematian menjemputnya sebelum sempat bertaubat, maka syaithan pun memperdayainya ketika itu, nau'udzu billah. Atau dapat terjadi juga terhadap orang yang semula kondisinya istiqamah, namun kemudian berubah dan keluar dari kebiasaannya lalu terus berjalan ke arah itu sehingga menjadi sebab Su'ul Khatimah baginya." (At-Tadzkirah: 53)

    Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya ukuran semua amalan itu tergantung kepada kesudahannya." (HR. Bukhari)

    Sementara orang yang melakukan shalat tetapi buruk dalam mengerjakannya, dia terancam mendapat Su'ul Khatimah, maka terlebih lagi dengan orang yang sama sekali tidak 'menyapa' shalat?

    Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah melihat seorang yang shalat tetapi tidak sempurna dalam ruku'nya, ia seperti orang yang mematok-matok di dalam sujud shalatnya, maka beliau bersabda mengenainya, "Andai ia mati dalam kondisi seperti ini, maka ia mati bukan di atas agama Muhammad." (Hadits Hasan)

  4. Meninggalkan Shalat Menjadi Slogan Penghuni Neraka Saqar
    Allah subhanahu wata'ala berfirman, artinya:

    "Tahukah kamu apa (neraka) Saqar itu? Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. (Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia. Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga)." (Al-Muddatstsir: 27-30)

    Dan firman-Nya, artinya:

    "Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Kecuali golongan kanan. Berada di dalam surga, mereka tanya menanya. Tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa. 'Apakah yang memasukkan kamu ke dalam (neraka) Saqar? Mereka menjawab, 'Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat. Dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin. Dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama orang-orang yang membicarakannya." (Al-Muddatstsir: 38-45)

    Jadi, orang-orang yang meninggalkan shalat tempatnya di neraka Saqar.

  5. Meninggalkan Shalat Merupakan Sebab Seorang Hamba Dipecundangi Syaithan
    Dari Abu Ad-Darda' radhiyallahu 'anhu, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

    "Tidaklah tiga orang yang berada di suatu perkampungan ataupun di pedalaman, lalu tidak mendirikan shalat di antara sesama mereka melainkan syaithan akan mempecundangi mereka. Karena itu, hendaklah kalian bersama jama'ah sebab srigala hanya memakan kambing yang sendirian." (Hadits Hasan)

    Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam hadits tersebut menjelaskan bahwa, "Syaithan adalah srigala atas manusia yang merupakan musuh bebuyutannya. Maka sebagaimana burung yang semakin berada di ketinggian, semakin jauh dari petaka, sebaliknya, semakin berada di tempat rendah, petaka akan mengintainya, demikian pula halnya dengan kambing yang semakin dekat dengan penggembalanya, semakin terjaga keselamatannya, semakin ia menjauh, semakin terancam bahaya."

    (Sumber: As-Shalah Limadza? Muhammad bin Ahmad al-Miqdam)

    Demikian di antara bahaya meninggalkan shalat, dan tentunya masih banyak lagi bahaya-bahaya yang lain. Semoga dapat memotivasi kita di dalam meningkatkan kualitas shalat kita dan menjadi pengingat tentang besarnya urusan shalat sehingga tidak meninggalkannya. (Abu Hafshah)

Agar Shalat Menjadi Hal Yang Besar Di Mata Kita

Berikut ini langkah-langkah yang inysa-Allah akan menjadikan kita memandang shalat sebagai masalah yang besar:

  • Menjaga waktu-waktu shalat dan batasan-batasannya.
  • Memperhatikan rukun-rukun, wajib dan kesempurnaannya.
  • Bersegera melaksanakannya ketika datang waktunya.
  • Sedih, gelisah dan menyesal ketika tidak bisa melakukan shalat dengan baik, seperti ketinggalan shalat berjama'ah dan menyadari bahwa seandainya shalatnya secara sendirian diterima oleh Allah subhanahu wata'ala, maka dia hanya mendapatkan satu pahala saja. Maka berarti dirinya telah kehilangan pahala sebanyak dua puluh tujuh kali lipat.
  • Demikian pula ketika ketinggalan waktu-waktu awal yang merupakan waktu yang diridhai Allah subhanahu wata'ala, atau ketinggalan shaf pertama, yang jika orang mengetahui keutamaannya tentu mereka akan berundi untuk mendapatkannya.
  • Kita juga bersedih manakala tidak mampu mencapai khusyu' dan tidak dapat menghadirkan segenap hati ketika menghadap kepada Rabb Tabaraka Wata'ala. Padahal khusyu' adalah inti dan ruh shalat, karena shalat tanpa ada kekhusyu'an maka ibarat badan tanpa ruh.

    Oleh karena itu Allah tidak menerima shalat seseorang yang tidak khusyu' meskipun dia telah gugur kewajibannya. Dia tidak mendapatkan pahala dari shalatnya, karena seseorang itu mendapatkan pahala shalat sesuai dengan kadar kekhusyu'an dan tingkat kesadaran dengan kondisi shalatnya itu.

    Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya seorang hamba melakukan shalat dan dan tidaklah dia mendapatkan pahala shalatnya kecuali sepersepuluhnya, sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya, seperempatnya, sepertiganya, atau setengahnya." (HR. Ahmad, Abu Dawud dihasankan Al-Albani)

    Oleh karenanya beliau menegaskan dalam sabdanya, "Jika kalian berdiri untuk shalat, maka shalatlah seperti shalatnya orang yang akan meninggalkan dunia." (HR Ahmad, Ibnu Majah, dishahihkan Al-Albani).

Sumber:
1. Ash-ShalĆ¢h, LimĆ¢dza?, Muhammad bin Ahmad al-Miqdam, DĆ¢r Thayyi-bah, Mekkah al-Mukarramah).
2. Hayya 'alash shalah, Khalid Abu Shalih, hal 12-13, Darul Wathan.

Kebanggaan Yang Mengecoh


Secara sosial, ada dua hal yang secara umum membuat seseorang berbangga hati, yaitu; (1) jika berhasil memiliki kekayaan harta, (2) jika berhasil menduduki kursi kekuasaan. Jalan pikiran dari dua kebanggaan itu ialah, Pertama; dengan uang semuanya bisa dibeli; jabatan, titel, hukum, kehormatan bahkan orangpun bisa dibeli. Semua kesenangan hidup seakan dapat dibeli dengan uang. Kedua; dengan kekuasaan, semua keinginan bisa dicapai, semua hambatan bisa disingkirkan. Dengan menggenggam dua hal itu; harta dan kekuasaan, dunia seakan sebagai sorga.

Benarkah?
Sesungguhnyalah bahwa manusia sering tertipu oleh obsessi sendiri. Secara fitri, kenikmatan materi selalu meningkat standardnya, yang dengan demikian manusia sebenarnya tidak pernah bisa benar-benar menikmati kekayaan. Nikmatnya makanan lezat hanya dirasakan pada kali yang pertama dan kedua. Ketika makanan lezat yang sama dihidangkan berturut-turut selama dua tiga hari, maka lidah tidak lagi merasakan kenikmatannya, sebaliknya berubah menjadi bosan dan muak. Demikian juga dengan uang. Ketika pertama kali orang memiliki uang sejuta rupiah, maka kebanggaan menyelimuti hatinya, tetapi ketika satu milyard sudah berada di tangan, maka ia tidak lagi dapat merasakan kebanggaan atas uang satu juta. Begitulah hati manusia terhadap materi; uang, pakaian, rumah, kendaraan, makanan dan seterusnya.

Demikian pula dengan kursi kekuasaan. Ketika pertama kali seseorang berhasil menduduki jabatan dalam struktur kekuasaan, maka ia berbangga hati dengan jabatannya itu. Tetapi ketika ia berhasil naik ke jenjang kekuasaan yang lebih tinggi, maka ia memandang kecil makna jabatan dibawahnya. Ketika sudah berada dalam kursi kekuasaan yang tertinggi, maka pada gilirannya ia mengidap perasaan takut jatuh dari ketinggian. Oleh karena itu yang dilakukan kemudian adalah bagaimana mempertahankan kekuasaan agar tidak jatuh. Dari atas kursi yang tertinggi ia merasa terancam oleh orang-orang yang dahulu menjadi sahabatnya, ketulusan berubah menjadi kecurigaan, keindahan pengabdian berubah menjadi rekayasa palsu. Harta dan kekuasaan seringkali mengubah perilaku manusia dari lembut menjadi kasar, dari persahabatan menjadi permusuhan, dari ketenangan menjadi kegelisahan, dari keadilan menjadi kezaliman.

Menurut al Mawardi dalam Kitab Adab ad Dunya wa ad Din, harta dan kekuasaan akan benar-benar menjadi kebanggaan jika ia duduk dalam sistem yang bersendikan enam subsistem, yaitu; (1) dinun muttaba'un, agama yang diikuti aturannya (2) sulthanun qahirun, kekuasaan yang efektif, (3) 'adlun syamilun, keadilan yang merata (4) amnun 'am, keamanan umum yang terjamin, (5) khishbun da'imun, kesuburan yang konstan, dan (6) amalun fasihun, cita-cita yang tinggi.

Agama yang diikuti aturannya
Dengan mengikuti aturan agama maka kekayaan akan sebangun dengan kemaslahatan dan kesejahteraan umum. Orang kaya membayar zakat, sedekah dan infaqnya, masyarakat miskin merasakan manfaat dari kehadiran orang kaya. Orang-orang miskin yang terbantu menghormati, menyayangi, mendoakan, membela dan melindungi orang kaya, dan orang kaya yang patuh beragama ini hidup tenang aman dan bahagia. Demikian juga penguasa yang mematuhi ajaran agama, ia tidak merasa sebagai penguasa, tetapi merasa sebagai pelayan masyarakat, sayyid al qaumi khadimuhum.

Kekuasaan yang efektif
Menjadi orang kaya di lingkungan masyarakat dimana sistem kekuasaan tidak berjalan efektif, akan sulit untuk mengembangkan kejujuran, karena ia harus selalu siap menghadapi ketidak menentuan. Kekuasaan yang efektif bisa melindungi si lemah dari kezaliman, bisa memaksa orang kaya untuk membayar kewajibannya. Demikian juga menduduki kursi kekuasaan dari sistem kekuasaan yang tidak effektif hanya akan menempatkan penguasa menjadi boneka kepentingan.

Keadilan dan keamanan
Keadilan umum yang merata akan membuat masyarakat merasa aman, percaya diri dan bercita-cita. Dalam suasana keadilan yang merata, orang kaya merasa tidak sia-sia berbuat baik dengan hartanya, penguasa merasa berani untuk bertindak fair karena didukung oleh rasa keadilan masyarakat.

Kesuburan dan cita-cita
Kesuburan yang konstan akan menghidupkan perekonomian masyarakat yang berpola, dan dalam suasana adil, aman dan subur akan terbangun cita-cita yang tinggi.

Wassalam,
agussyafii
http://agussyafii.blogspot.com

Tanda-Tanda Kiamat Yang Menakjubkan

Assalamu'alaikum wr. wb.
Berikut tanda-tanda kecil kiamat yang menakjubkan (bukan tanda besar). Tanda tanda yang lain yang sudah sering kita dengar, misalnya: legalisasi zina, perempuan seperti laki-laki dll. tidak saya tuliskan.

  1. Menggembungnya bulan
    Telah bersabda Rasulullah saw.: "Di antara sudah mendekatnya kiamat ialah menggembungnya bulan sabit (awal bulan).", dishahihkan Albaani di Ash Shahihah nomor 2292. Dalam riwayat yang lain dikatakan "Di antara sudah dekatnya hari kiamat ialah bahwa orang akan melihat bulan sabit seperti sebelumnya, maka orang akan mengatakan satu bentuk darinya untuk dua malam dan masjid akan dijadikan tempat untuk jalan-jalan serta meluasnya mati mendadak" (Ash Shahiihah AlBani 2292).

    Menakjubkan... satu bulan sabit dihitung dua kali!!!.
    Sekarang ummat islam hampir selalu bertengkar menentukan bulan sabit untuk Ramadhan, Syawal dan Idhul Adha... antar ru'yat tidak sama cara melihatnya, antar hisab berbeda cara menghitungnya... Shodaqo rasuuhul kariim.

  2. Tersebarnya banyak pasar
    Rasululllah saw. bersabda: "Kiamat hampir saja akan berdiri apabila sudah banyak perbuatan bohong, masa (waktu) akan terasa cepat dan pasar-pasar akan berdekatan (karena saking banyaknya)" (sahih Ibnu Hibban)

    Lihatlah sekarang, pasar ada dimana-mana, mall semakin banyak, supermarket di mana-mana....

  3. Wanita ikut bekerja seperti laki laki
    Rasulullah saw. bersabda: "Pada pintu gerbang kiamat orang-orang hanya akan mengucapkan salam kepada orang yang khusus (dikenal) saja dan berkembangnya perniagaan sehingga wanita ikut seperti suaminya (bekerja/berdagang)" (Hadist Shahih lighairihi Ahmad)

    "Sekarang karena emansipasi wanita, wanita yang bekerja sudah banyak betul... Shodaqo rasuuhul kariim.

  4. Banyaknya polisi
    Rasululah saw. bersabda: "Bersegeralah kamu melakukan amal shalih sebelum datang 6 perkara: pemerintahan orang-orang jahil, banyaknya polisi, penjual belian HUKUM atau JABATAN, memandang remeh terhadap darah, pemutusan silaturrahim, adanya manusia yang menjadikan al Qur'an sebagai seruling dimana mereka menunjuk seorang imam untuk sholat jamaah agar ia dapat menyaksikan keindahannya dalam membaca Al Qur'an meskipun ia paling sedikit ke-Faqihannya." (Musnad Ahmad, At Thabrani, Ash Shaihhah Albani 979)

  5. Manusia akan bermegah-megah dalam membangun masjid
    Rasulullah saw. bersabda: "Tidak akan berdiri kiamat hingga manusia berbangga-bangga dengan masjid" (hadist sahih musnad Ahmad: 134,145, An Nasa'i 2:32, Abu Dawud 449, Ibnu Majah 779) dan Rasulullah dalam hadist yang lain Rasulullah berkata: "Saya tidak diutus untuk menjulangkan masjid-masjid" (sahih sunan abu dawud:448).

    Subhanallah, masjid-masjid sekarang megah betul .. indah benar.

  6. Menjadi pengikut tradisi Yahudi dan Nasrani
    Telah berkata Rasulullah saw.: "Sungguh kamu akan mengikuti jalan hidup orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta (tanpa berbeda sedikitpun) sehingga walaupun mereka masuk ke lubang biawak, maka kamu akan masuk juga" Sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, apakah kaum yang akan kami ikuti tersebut adalah kaum Yahudi dan Nasrani?, maka Nabi menjawab: "Siapa lagi (kalau bukan mereka)?"

    Shodaqo rasuuhul kariim... ummat sudah menjadi pengikut barat... peringatan tahun baru, valentin day, peringatan ulang tahun, pengagum demokrasi, HAM, hukum positif dan sebagainya...

  7. Irak diboikot dan makanan ditahan darinya
    Rasulullah bersabda: "Hampir saja tidak boleh dibawa makanan ke negeri Irak secupak (qafizh) makanan atau sebuah dirham, kami (sahabat) bertanya: "Orang orang Ajam (non Arab) kah yang melakukan ini?". Kemudian beliau berkata: "Hampir saja tidak dibawa makanan atau sebuah dinar kepada penduduk syam (Palestina, Syiria, Libanon, Yordan dan sekitarnya). Kemudian sahabat bertanya: "Siapa yang melakukan itu ya Rasulullah?". Orang-orang RUM (Romawi: Amerika-Eropa).

    Sebenarnya ini adalah tanda yang paling menakjubkan, karena sampai sekarang Irak telah diboikot oleh Amerika semenjak perang teluk dan Syam telah menderita kekuarangan makanan, Palestina di jajah Israel Yahudi...dan... setelah terkepungnya Irak dan Syam ini... dan setelah terjadinya peperangan dahsyat di PALESTINA maka akan muncullah tanda-tanda besar kiamat berupa munculnya Imam Mahdi, keluarnya Dajjal dan turunnya Isa Al Masih.

  8. Turki akan memerangi Irak
    Rasulullah bersabda: "Sekelompok manusia dari ummatku akan turun di suatu dataran rendah yang mereka namakan dengan Bashrah pada tepi suatu sungai yang bernama Dajlah. Dan apabila telah datang akhir zaman datangkah Bani Qanthura (mereka adalah orang-orang Turki) yang bermuka lebar dan bermata kecil sehingga mereka turun pada tepi sungai itu, maka terpecahlah penduduknya menjadi 3 kelompok, yang satu sibuk mengikuti ekor-ekor sapi mereka (sibuk mengurusi harta benda) dan mereka akan hancur, dan satu kelompok dari mereka akan memperhatikan diri mereka sendiri dan mereka itu telah kafir, dan satu kelompok dari mereka akan menjadikan anak cucu mereka di belakang mereka kemudian mereka berperang, itulah para syuhada" (hadits hasan diriwayatkan Ahmad dan Abu Dawud 4138).

    Pada bulan Mei 1997 dahulu orang-orang Turki telah mulai memancing-mancing permusuhan dengan Irak dan mereka membangkitkan masalah-masalah yang dibuat-buat sekitar masalah air di sungai Eufrat dan orang-orang Turki itu membuat kesepakatan dengan orang-orang Israel dan Amerika dan melakukan latihan militer bersama dengan tujuan penyerangan Irak, Iran dan Syiria, dan waktu itu juga Turki menyerang bagian Irak utara dengan alasan untuk menghajar suku Kurdi....
    Kita tunggu saja apa yang akan terjadi nanti.

  9. Bumi Arab akan kembali menjadi kebun-kebun dan sungai-sungai
    Telah bersabda Rasulullah saw.: "Tidak akan berdiri hari kiamat hingga harta akan banyak melimpah dan sehingga bumi Arab kembali menjadi kebun-kebun dan sungai-sungai " (Ahmad dan Muslim).

    Dan negeri arab saat ini telah menjadi kebun!! dan banyaknya sungai.... Di daerah Tha'if bahkan telah turun butiran es dan musim haji kemarin suhu dingin kira-kira 5 derajat celcius... tidak lagi panas.

  10. Peperangan dengan Yahudi
    Tidak terjadi kiamat hingga orang-orang berperang dengan Yahudi, dan orang-orang Yahudi bersembunyi di bawah batu dan pohon, lalu batu dan pohon itu berkata kepada orang-orang Islam "di sini ada Yahudi, maka bunuhlah ia" (Fathul Bari', Al Manaqib, Al Hafiz Ibnu Hajar)

Wassalam,

99 Langkah Menuju Kesempurnaan Iman

  1. Bersyukur apabila mendapat nikmat;
  2. Sabar apabila mendapat kesulitan;
  3. Tawakal apabila mempunyai rencana/program;
  4. Ikhlas dalam segala amal perbuatan;
  5. Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan;
  6. Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan;
  7. Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan;
  8. Jangan usil dengan kekayaan orang;
  9. Jangan hasad dan iri atas kesuksessan orang;
  10. Jangan sombong kalau memperoleh kesuksessan;
  11. Jangan tamak kepada harta;
  12. Jangan terlalu ambisius akan sesuatu kedudukan;
  13. Jangan hancur karena kezaliman;
  14. Jangan goyah karena fitnah;
  15. Jangan berkeinginan terlalu tinggi yang melebihi kemampuan diri.
  16. Jangan campuri harta dengan harta yang haram;
  17. Jangan sakiti ayah dan ibu;
  18. Jangan usir orang yang meminta-minta;
  19. Jangan sakiti anak yatim;
  20. Jauhkan diri dari dosa-dosa yang besar;
  21. Jangan membiasakan diri melakukan dosa-dosa kecil;
  22. Banyak berkunjung ke rumah Allah (masjid);
  23. Lakukan shalat dengan ikhlas dan khusyu;
  24. Lakukan shalat fardhu di awal waktu, berjamaah di masjid;
  25. Biasakan shalat malam;
  26. Perbanyak dzikir dan do'a kepada Allah;
  27. Lakukan puasa wajib dan puasa sunat;
  28. Sayangi dan santuni fakir miskin;
  29. Jangan ada rasa takut kecuali hanya kepada Allah;
  30. Jangan marah berlebih-lebihan;
  31. Cintailah seseorang dengan tidak berlebih-lebihan;
  32. Bersatulah karena Allah dan berpisahlah karena Allah;
  33. Berlatihlah konsentrasi pikiran;
  34. Penuhi janji apabila telah diikrarkan dan mintalah maaf apabila karena sesuatu sebab tidak dapat dipenuhi;
  35. Jangan mempunyai musuh, kecuali dengan iblis/syaitan;
  36. Jangan percaya ramalan manusia;
  37. Jangan terlampau takut miskin;
  38. Hormatilah setiap orang;
  39. Jangan terlampau takut kepada manusia;
  40. Jangan sombong, takabur dan besar kepala;
  41. Berlakulah adil dalam segala urusan;
  42. Biasakan istighfar dan taubat kepada Allah;
  43. Bersihkan rumah dari patung-patung berhala;
  44. Hiasi rumah dengan bacaan Al-Quran;
  45. Perbanyak silaturrahim;
  46. Tutup aurat sesuai dengan petunjuk Islam;
  47. Bicaralah secukupnya;
  48. Beristeri/bersuami kalau sudah siap segala-galanya;
  49. Hargai waktu, disiplin waktu dan manfaatkan waktu;
  50. Biasakan hidup bersih, tertib dan teratur;
  51. Jauhkan diri dari penyakit-penyakit bathin;
  52. Sediakan waktu untuk santai dengan keluarga;
  53. Makanlah secukupnya tidak kekurangan dan tidak berlebihan;
  54. Hormatilah guru dan ulama;
  55. Sering-sering bershalawat kepada nabi;
  56. Cintai keluarga Nabi saw;
  57. Jangan terlalu banyak hutang;
  58. Jangan terlampau mudah berjanji;
  59. Selalu ingat akan saat kematian dan sadar bahwa kehidupan dunia adalah kehidupan sementara;
  60. Jauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat seperti mengobrol yang tidak berguna;
  61. Bergaul lah dengan orang-orang soleh;
  62. Sering bangun di penghujung malam, berdoa dan beristighfar;
  63. Lakukan ibadah haji dan umrah apabila sudah mampu;
  64. Maafkan orang lain yang berbuat salah kepada kita;
  65. Jangan dendam dan jangan ada keinginan membalas kejahatan dengan kejahatan lagi;
  66. Jangan membenci seseorang karena pahaman dan pendiriannya;
  67. Jangan benci kepada orang yang membenci kita;
  68. Berlatih untuk berterus terang dalam menentukan sesuatu pilihan
  69. Ringankan beban orang lain dan tolonglah mereka yang mendapatkan kesulitan.
  70. Jangan melukai hati orang lain;
  71. Jangan membiasakan berkata dusta;
  72. Berlakulah adil, walaupun kita sendiri akan mendapatkan kerugian;
  73. Jagalah amanah dengan penuh tanggung jawab;
  74. Laksanakan segala tugas dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan;
  75. Hormati orang lain yang lebih tua dari kita
  76. Jangan membuka aib orang lain;
  77. Lihatlah orang yang lebih miskin daripada kita, lihat pula orang yang lebih berprestasi dari kita;
  78. Ambilah pelajaran dari pengalaman orang-orang arif dan bijaksana;
  79. Sediakan waktu untuk merenung apa-apa yang sudah dilakukan;
  80. Jangan sedih karena miskin dan jangan sombong karena kaya;
  81. Jadilah manusia yang selalu bermanfaat untuk agama, bangsa dan negara;
  82. Kenali kekurangan diri dan kenali pula kelebihan orang lain;
  83. Jangan membuat orang lain menderita dan sengsara;
  84. Berkatalah yang baik-baik atau tidak berkata apa-apa;
  85. Hargai prestasi dan pemberian orang;
  86. Jangan habiskan waktu untuk sekedar hiburan dan kesenangan;
  87. Akrablah dengan setiap orang, walaupun yang bersangkutan tidak menyenangkan.
  88. Sediakan waktu untuk berolahraga yang sesuai dengan norma-norma agama dan kondisi diri kita;
  89. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan fisik atau mental kita menjadi terganggu;
  90. Ikutilah nasihat orang-orang yang arif dan bijaksana;
  91. Pandai-pandailah untuk melupakan kesalahan orang dan pandai-pandailah untuk melupakan jasa kita;
  92. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain terganggu dan jangan berkata sesuatu yang dapat menyebabkan orang lain terhina;
  93. Jangan cepat percaya kepada berita jelek yang menyangkut teman kita sebelum dipastikan kebenarannya;
  94. Jangan menunda-nunda pelaksanaan tugas dan kewajiban;
  95. Sambutlah huluran tangan setiap orang dengan penuh keakraban dan keramahan dan tidak berlebihan;
  96. Jangan memforsir diri untuk melakukan sesuatu yang diluar kemampuan diri;
  97. Waspadalah akan setiap ujian, cobaan, godaan dan tantangan. Jangan lari dari kenyataan hidup;
  98. Yakinlah bahwa setiap kebajikan akan melahirkan kebaikan dan setiap kejahatan akan melahirkan merusakan;
  99. Jangan sukses di atas penderitaan orang dan jangan kaya dengan memiskinkan orang

=====

"Sebarkanlah walau satu ayat pun" (Sabda Rasulullah SAW)

"Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar." (Surah Al-Ahzab: 71)

14 Alasan Merindukan Ramadhan

Seperti seorang kekasih, selalu diharap-harap kedatangannya. Rasanya tak ingin berpisah sekalipun cuma sedetik. Begitulah Ramadhan seperti digambarkan sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Khuzaimah,

"Andaikan tiap hamba mengetahui apa yang ada dalam Ramadhan, maka ia bakal berharap satu tahun itu puasa terus."

Sesungguhnya ada apa di dalam Ramadhan itu?, ikutilah berikut ini:

  1. Gelar taqwa
    Taqwa adalah gelar tertinggi yang dapat diraih manusia sebagai hamba Allah. Tidak ada gelar yang lebih mulia dan tinggi dari itu. Maka setiap hamba yang telah mampu meraih gelar taqwa, ia dijamin hidupnya di surga dan diberi kemudahan-kemudahan di dunia. Dan puasa adalah sarana untuk mendapatkan gelar taqwa itu.

    "Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa." (QS Al-Baqarah: 183)

    Kemudahan-kemudahan yang diberikan Allah kepada hambanya yang taqwa, antara lain:
    1. Jalan keluar dari semua masalah
      Kemampuan manusia amat terbatas, sementara persoalan yang dihadapi begitu banyak. Mulai dari masalah dirinya, anak, istri, saudara, orang tua, kantor dan sebagainya. Tapi bila orang itu taqwa, Allah akan menunjukkan jalan berbagai persoalan itu. Bagi Allah tidak ada yang sulit, karena Dialah pemilik kehidupan ini.

      "..Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar." (QS. Ath Thalaaq: 2)

      "..Dan barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (QS. Ath Thalaaq: 4)

    2. Dicukupi kebutuhannya
      "Dan memberinya rezeki dari arah yang tak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya...."(QS. Ath Thalaaq: 3)

    3. Ketenangan jiwa, tidak khawatir dan sedih hati
      Bagaimana bisa bersedih hati, bila di dalam dadanya tersimpan Allah. Ia telah menggantungkan segala hidupnya kepada Pemilik kehidupan itu sendiri. Maka orang yang selalu mengingat-ingat Allah, ia bakal memperoleh ketenangan.

      "Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-KU, maka barangsiapa bertaqwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS. al-A'raaf: 35)

  2. Bulan pengampunan
    Tidak ada manusia tanpa dosa, sebaik apapun dia. Sebaik-baik manusia bukanlah yang tanpa dosa, sebab itu tidak mungkin. Manusia yang baik adalah yang paling sedikit dosanya, lalu bertobat dan berjanji tidak mengulangi perbuatan dosa itu lagi.

    Karena dosa manusia itu setumpuk, maka Allah telah menyediakan alat penghapus yang canggih. Itulah puasa pada bulan Ramadhan. Beberapa hadis menyatakan demikian, salah satunya diriwayatkan Bukhari Muslim dan Abu Dawud,

    "Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan karena keimanannya dan karena mengharap ridha Allah, maka dosa-dosa sebelumnya diampuni."

  3. Pahalanya dilipatgandakan
    Tidak hanya pengampunan dosa, Allah juga telah menyediakan bonus pahala berlipat-lipat kepada siapapun yang berbuat baik pada bulan mulia ini. Rasulullah bersabda,

    "Setiap amal anak keturunan Adam dilipatgandakan. Tiap satu kebaikan sepuluh lipat gandanya hingga tujuh ratus lipat gandanya."(HR. Bukhari Muslim).

    Bahkan amalan-amalan sunnah yang dikerjakan pada Ramadhan, pahalanya dianggap sama dengan mengerjakan amalan wajib (HR. Bahaiqi dan Ibnu Khuzaimah). Maka perbanyaklah amal dan ibadah, mumpung Allah menggelar obral pahala.

  4. Pintu surga dibuka dan neraka ditutup
    "Kalau datang bulan Ramadhan terbuka pintu surga, tertutup pintu neraka, dan setan-setan terbelenggu. "(HR Muslim)

    Kenapa pintu surga terbuka? Karena sedikit saja amal perbuatan yang dilakukan, bisa mengantar seseorang ke surga. Boleh diibaratkan, bulan puasa itu bulan obral. Orang yang tidak membeli akan merugi. Amal sedikit saja dilipatgandakan ganjarannya sedemikian banyak.

    Obral ganjaran itu untuk mendorong orang melakukan amal-amal kebaikan di bulan Ramadhan. Dengan demikian otomatis pintu neraka tertutup dan tidak ada lagi kesempatan buat setan menggoda manusia.

  5. Ibadah istimewa
    Keistimewaan puasa ini dikatakan Allah lewat hadis Qudsi-Nya,

    "Setiap amalan anak Adam itu untuk dirinya, kecuali puasa. Itu milik-Ku dan Aku yang membalasnya karena ia (orang yang berpuasa) meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku." (HR Bukhari Muslim)

    Menurut Quraish Shihab, ahli tafsir kondang dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, puasa dikatakan untuk Allah dalam arti untuk meneladani sifat-sifat Allah. Itulah subtansi puasa.

    Misalnya, dalam bidang jasmani, kita tahu Tuhan tidak beristri. Jadi ketika berpuasa dia tidak boleh melakukan hubungan seks. Allah tidak makan, tapi memberi makan. Itu diteladani, maka ketika berpuasa kita tidak makan, tapi kita memberi makan. Kita dianjurkan untuk mengajak orang berbuka puasa. Ini tahap dasar meneladani Allah.

    Masih ada tahap lain yang lebih tinggi dari sekedar itu. Maha Pemurah adalah salah satu sifat Tuhan yang seharusnya juga kita teladani. Maka dalam berpuasa, kita dianjurkan banyak bersedekah dan berbuat kebaikan. Tuhan Maha Mengetahui. Maka dalam berpuasa, kita harus banyak belajar.

    Belajar bisa lewat membaca al-Qur'an, membaca kitab-kitab yang bermanfaat, meningkatkan pengetahuan ilmiah. Allah swt setiap saat sibuk mengurus makhluk-Nya. Dia bukan hanya mengurus manusia. Dia juga mengurus binatang. Dia mengurus semut. Dia mengurus rumput-rumput yang bergoyang.

    Manusia yang berpuasa meneladani Tuhan dalam sifat-sifat ini, sehingga dia harus selalu dalam kesibukan.

    Perlu ditekankan meneladani Tuhan itu sesuai dengan kemampuan kita sebagai manusia. Kita tidak mampu untuk tidak tidur sepanjang malam, tidurlah secukupnya. Kita tidak mampu untuk terus-menerus tidak makan dan tidak minum. Kalau begitu, tidak makan dan tidak minum cukup sejak terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari saja.

  6. Dicintai Allah
    Nah, sesesorang yang meneladani Allah sehingga dia dekat kepada-Nya. Bila sudah dekat, minta apa saja akan mudah dikabulkan. Bila Allah telah mencintai hambanya, dilukiskan dalam satu hadis Qudsi,

    "Kalau Aku telah mencintai seseorang, Aku menjadi pendengaran untuk telinganya, menjadi penglihatan untuk matanya, menjadi pegangan untuk tangannya, menjadi langkah untuk kakinya." (HR Bukhari)

  7. Do'a dikabulkan
    "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, katakanlah bahwa Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang berdo'a apabila dia berdo'a, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku." (QS. al-Baqarah: 186)

    Memperhatikan redaksi kalimat ayat di atas, berarti ada orang berdo'a tapi sebenarnya tidak berdo'a. Yaitu do'anya orang-orang yang tidak memenuhi syarat. Apa syaratnya? "maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku. "

    Benar, berdo'a pada Ramadhan punya tempat khusus, seperti dikatakan Nabi saw,

    "Tiga do'a yang tidak ditolak; orang berpuasa hingga berbuka puasa, pemimpin yang adil dan do'anya orang teraniaya. Allah mengangkat do'anya ke awan dan membukakan pintu-pintu langit. 'Demi kebesaranKu, engkau pasti Aku tolong meski tidak sekarang." (HR Ahmad dan Tirmidzi)

    Namun harus diingat bahwa segala makanan yang kita makan, kesucian pakaian, kesucian tempat, itu punya hubungan yang erat dengan pengabulan do'a. Nabi pernah bersabda, ada seorang yang sudah kumuh pakaiannya, kusut rambutnya berdo'a kepada Tuhan. Sebenarnya keadaannya yang kumuh itu bisa mengantarkan do'anya diterima.

    Tapi kalau makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya yang dipakainya terambil dari barang yang haram, bagaimana bisa dikabulkan doa'nya?

    Jadi do'a itu berkaitan erat dengan kesucian jiwa, pakaian dan makanan. Di bulan Ramadhan jiwa kita diasah hingga bersih. Semakin bersih jiwa kita, semakin tulus kita, semakin bersih tempat, pakaian dan makanan, semakin besar kemungkinan untuk dikabulkan do'a.

  8. Turunnya Lailatul Qodar
    Pada bulan Ramadhan Allah menurunkan satu malam yang sangat mulia. Saking mulianya Allah menggambarkan malam itu nilainya lebih dari seribu bulan (QS. Al-Qadr). Dikatakan mulia, pertama lantaran malam itulah awal al-Qur'an diturunkan. Kedua, begitu banyak anugerah Allah dijatuhkan pada malam itu.

    Beberapa hadits shahih meriwayatkan malam laulatul qodar itu jatuh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Seperti dirawikan Imam Ahmad,

    "Lailatul qadar adalah di akhir bulan Ramadhan tepatnya di sepuluh malam terakhir, malam keduapuluh satu atau duapuluh tiga atau duapuluh lima atau duapuluh tujuh atau duapuluh sembilan atau akhir malam Ramadhan. Barangsiapa mengerjakan qiyamullail (shalat malam) pada malam tersebut karena mengharap ridha-Ku, maka diampuni dosanya yang lampau atau yang akan datang."

    Mengapa ditaruh diakhir Ramadhan, bukan pada awal Ramadhan? Rupanya karena dua puluh malam sebelumnya kita mengasah dan mengasuh jiwa kita. Itu adalah suatu persiapan untuk menyambut lailatul qodar.

    Ada dua tanda lailatul qadar. Al Qur'an menyatakan,

    "Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhan mereka untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan/kedamaian sampai terbit fajar. (QS al-Qadr: 4-5)

    Malaikat bersifat gaib, kecuali bila berubah bentuk menjadi manusia. Tapi kehadiran malaikat dapat dirasakan. Syekh Muhammad Abduh menggambarkan,

    "Kalau Anda menemukan sesuatu yang sangat berharga, di dalam hati Anda akan tercetus suatu bisikan, 'Ambil barang itu!' Ada bisikan lain berkata, 'Jangan ambil, itu bukan milikmu!' Bisikan pertama adalah bisikan setan. Bisikan kedua adalah bisikan malaikat."

    Dengan demikian, bisikan malaikat selalu mendorong seseorang untuk melakukan hal-hal positif. Jadi kalau ada seseorang yang dari hari demi hari sisi kebajikan dan positifnya terus bertambah, maka yakinlah bahwa ia telah bertemu dengan lailatul qodar.

  9. Meningkatkan kesehatan
    Sudah banyak terbukti bahwa puasa dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya, dengan puasa maka organ-organ pencernaan dapat istirahat. Pada hari biasa alat-alat pencernaan di dalam tubuh bekerja keras. Setiap makanan yang masuk ke dalam tubuh memerlukan proses pencernaan kurang lebih delapan jam. Empat jam diproses di dalam lambung dan empat jam di usus kecil (ileum).

    Jika malam sahur dilakukan pada pukul 04.00 pagi, berarti pukul 12 siang alat pencernaan selesai bekerja. Dari pukul 12 siang sampai waktu berbuka, kurang lebih selama enam jam, alat pencernaan mengalami istirahat total.

    Meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan para ahli kesehatan, ternyata dengan berpuasa sel darah putih meningkat dengan pesat sekali. Penambahan jumlah sel darah putih secara otomatis akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

    Menghambat perkembangan atau pertumbuhan bakteri, virus dan sel kanker. Dalam tubuh manusia terdapat parasit-parasit yang menumpang makan dan minum. Dengan menghentikan pemasukan makanan, maka kuman-kuman penyakit seperti bakteri-bakteri dan sel-sel kanker tidak akan bisa bertahan hidup. Mereka akan keluar melalui cairan tubuh bersama sel-sel yang telah mati dan toksin.

    Manfaat puasa yang lain adalah membersihkan tubuh dari racun kotoran dan ampas, mempercepat regenasi kulit, menciptakan keseimbangan elektrolit di dalam lambung, memperbaiki fungsi hormon, meningkatkan fungsi organ reproduksi, meremajakan atau mempercepat regenerasi sel-sel tubuh, meningkatkan fungsi fisiologis organ tubuh, dan meningkatkan fungsi susunan syaraf.

  10. Penuh harapan
    Saat berpuasa, ada sesuatu yang diharap-harap. Harapan itu kian besar menjelang sore. Sehari penuh menahan lapar dan minum, lalu datang waktu buka, wah... rasanya lega sekali. Alhamdulillah. Itulah harapan yang terkabul. Apalagi harapan bertemu Tuhan, masya' Allah, menjadikan hidup lebih bermakna.

    "Setiap orang berpuasa selalu mendapat dua kegembiraan, yaitu tatkala berbuka puasa dan saat bertemu dengan Tuhannya." (HR. Bukhari).

  11. Masuk surga melalui pintu khusus, Rayyan
    "Sesungguhnya di surga itu ada sebuah pintu yang disebut rayyan yang akan dilewati oleh orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat nanti, tidak diperbolehkan seseorang melewatinya selain mereka. Ketika mereka dipanggil, mereka akan segera bangkit dan masuk semuanya kemudian ditutup." (HR.Bukhari)

    Minum air telaganya Rasulullah saw :

    "Barangsiapa pada bulan Ramadhan memberi makan kepada orang yang berbuka puasa, maka itu menjadi ampunan bagi dosa-dosanya, dan mendapat pahala yang sama tanpa sedikit pun mengurangi pahala orang lain.

    Mereka (para sahabat) berkata, 'Wahai Rasulullah, tidak setiap kami mempunyai makanan untuk diberikan kepada orang yang berbuka puasa.'

    Beliau berkata, 'Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi buka puasa meski dengan sebutir kurma, seteguk air, atau sesisip susu...

    Barangsiapa memberi minum orang yang berpuasa maka Allah akan memberinya minum seteguk dari telaga dimana ia tidak akan haus hingga masuk surga." (HR. Ibnu Khuzaimah dan Baihaqi)

  12. Berkumpul dengan sanak keluarga
    Pada tanggal 1 Syawal ummat Islam merayakan Hari Raya Idhul Fitri. Inilah hari kemenangan setelah berperang melawan hawa nafsu dan syetan selama bulan Ramadhan.

    Di Indonesia punya tradisi khusus untuk merayakan hari bahagia itu yang disebut Lebaran. Saat itu orang ramai melakukan silahtuhrahim dan saling memaafkan satu dengan yang lain. Termasuk kerabat-kerabat jauh datang berkumpul. Orang-orang yang bekerja di kota-kota pulang untuk merayakan lebaran di kampung bersama kedua orang tuanya. Maka setiap hari Raya selalu terjadi pemandangan khas, yaitu orang berduyun-duyun dan berjubel-jubel naik kendaraan mudik ke kampung halaman.

    Silahturahim dan saling memaafkan itu menurut ajaran Islam bisa berlangsung kapan saja. Tidak mesti pada Hari Raya. Tetapi itu juga tidak dilarang. Justru itu momentum bagus. Mungkin, pada hari biasa kita sibuk dengan urusan masing-masing, sehingga tidak sempat lagi menjalin hubungan dengan tetangga dan saudara yang lain. Padahal silahturahim itu dianjurkan Islam, sebagaimana dinyatakan hadis,

    "Siapa yang ingin rezekinya dibanyakkan dan umurnya dipanjangkan, hendaklah ia menghubungkan tali silaturahmi!" (HR. Bukhari)

  13. Qaulan Tsaqiilaa
    Pada malam Ramadhan ditekankan (disunnahkan) untuk melakukan shalat malam dan tadarus al-Qur'an. Waktu paling baik menunaikan shalat malam sesungguhnya seperdua atau sepertiga malam terakhir (QS. Al Muzzammil: 3).

    Tetapi demi kesemarakan syiar Islam pada Ramadhan ulama membolehkan melakukan terawih pada awal malam setelah shalat isya' dengan berjamaah di masjid. Shalat ini populer disebut shalat tarawih. Shalat malam itu merupakan peneguhan jiwa, setelah siangnya sang jiwa dibersihkan dari nafsu-nafsu kotor lainnya.

    Ditekankan pula usai shalat malam untuk membaca Kitab Suci al-Qur'an secara tartil (memahami maknanya). Dengan membaca Kitab Suci itu seseorang bakal mendapat wawasan-wawasan yang luas dan mendalam, karena al-Qur'an memang sumber pengetahuan dan ilham.

    Dengan keteguhan jiwa dan wawasan yang luas itulah Allah kemudian mengaruniai qaulan tsaqiilaa (perkataan yang berat). Perkataan-perkataan yang berbobot dan berwibawa. Ucapan-ucapannya selalu berisi kebenaran. Maka orang-orang yang suka melakukan shalat malam wajahnya bakal memancarkan kewibawaan.

  14. Hartanya tersucikan
    Setiap Muslim yang mampu pada setiap Ramadhan diwajibkan mengeluarkan zakat.. Ada dua zakat, yaitu fitrah dan maal. Zakat fitrah besarnya 2,5 kilogram per orang berupa bahan-bahan makanan pokok. Sedangkan zakat maal besarnya 2,5 persen dari seluruh kekayaannya bila sudah mencapai batas nisab dan waktunya.

    Zakat disamping dimaksudkan untuk menolong fakir miskin, juga guna mensucikan hartanya. Harta yang telah disucikan bakal mendatangkan barakah dan menghindarkan pemiliknya dari siksa api neraka. Harta yang barakah akan mendatangkan ketenangan, kedamaian dan kesejahteraan. Sebaliknya, harta yang tidak barakah akan mengundang kekhawatiran dan ketidaksejahteraan.

Semoga kita diberi kesempatan untuk menikmati bulan Ramadhan. Amiin....

Saya Lebih Baik Dari Dia


Sombong, barangkali sama tuanya dengan peradaban manusia. Iblis dikutuk dan dikeluarkan dari surga juga lantaran sombong. Ia menolak bersujud kepada Adam as, manusia pertama, karena merasa dirinya lebih baik. "Allah berfirman: 'Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang (yang) lebih tinggi?' Iblis berkata: 'Aku lebih baik daripadanya, karena engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah'." (Shaad: 75--76).

"Ana khoirun minhu (Saya lebih baik dari dia)," kata Iblis. Merasa diri lebih baik dari pada yang lain itulah sombong. Dan akibat sombong, iblis dikutuk.

"Allah berfirman: 'Maka keluarlah kamu dari surga, sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang terkutuk, sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan." (Shaad: 77--78).

Kita berlindung kapada Allah dari perbuatan sombong, baik dalam bentuk sifat, sikap maupun perilaku, karena ia dapat menjadi penghalang masuk jannah. Rasulullah saw bersabda, "Tidak akan masuk jannah seseorang yang terdapat dalam hatinya sifat sombong (kibr) meskipun hanya sebesar biji sawi." (HR Muslim).

Berhati-hatilah kita, karena sifat, sikap, dan perilaku merasa lebih baik, lebih mulia bisa menimpa siapa saja. Seorang tokoh yang memiliki pengikut banyak, reputasi yang luas juga berpotensi untuk menyombongkan diri lantaran ketokohannya dan pengikutnya yang banyak. Seorang yang memiliki tubuh kuat, atletis, jawara, kadang tergoda memamerkan bentuk tubuhya, disamping tidak jarang gampang terpancing perkelahian, dalam urusan kecil sekalipun, hanya lantaran merasa dirinya pendekar. Seorang rupawan juga kadang tergoda untuk membanggakan kecantikannya dan meremehkan yang tidak seganteng dan secantik dirinya, bahkan sampai mencacat bentuk fisik orang lain. Seorang hartawan sering tergoda membanggakan pakainnya yang bagus, kendaraannya yang mewah, rumahnya yang mentereng dengan melihat sebelah mata pada kaum alit yang kumal, kotor, kolot dan pinggiran. Seorang pejabat yang kebetulan pangkatnya lebih tinggi kadang merasa lebih baik dari bawahannya. Presiden merasa lebih baik dari menteri, jenderal merasa lebih baik dari kopral, direktur merasa lebih baik dari karyawan dan seterusnya.

Sifat sombong juga dapat menimpa ahli ibadah. Sosok yang secara dhahir wara', zuhud, bertahajud setiap hari, berpuasa senin-kamis, rawatibnya tidak pernah tertinggal. Karena salatnya rajin sekali hingga jidatnya hitam. Namun, ternyata ia tergoda untuk menganggap dirinya orang yang paling suci, paling baik, paling takwa. Orang lain dianggap tidak ada apa-apanya dibanding dia.

Rasa sombong juga dapat menghinggapi ilmuwan. Ilmunya setinggi langit, titelnya profesor doktor, hafal Alquran, dapat berbicara dalam banyak bahasa. Tetapi, ia tidak sabar untuk menahan dirinya merasa lebih baik dari masyarakatnya. Seorang bangsawan, karena merasa berasal dari keturunan yang mulia, aristokrat, darah biru, kadang merasa tidak sepadan jika harus bersanding, bergaul dengan yang bukan bangsawan. Dapat menurunkan derajat, katanya. Tak peduli, yang dinggap sebagai tidak selevel itu sosok berilmu sekalipun. Tak jarang, dalam pergaulan sering juga muncul kalimat yang konotasinya merendahkan, seperti "Hai Irian! Hai Dayak! Hai anak si Anu...!"

Berhati-hatilah...!
Kisah Abu Dzar patut kiranya menjadi pelajaran. Suatu ketika beliau sedang marah kepada seorang laki-laki sampai terucap, "Hai anak wanita hitam."
Rasulullah mendengar hal itu, kemudian bersabda, "Wahai Abu Dzar, tidak ada keutamaan bagi kulit putih atas kulit hitam," (dalam riwayat lain ditambahkan, "melainkan karena takwa"). Mendengar hal itu Abu Dzar sangat menyesal hingga meminta orang tadi untuk menginjak pipinya. (HR Imam Ahmad).

"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (Luqman: 18).

Perihal sombong, Rasulullah mendefinisikan dalam sebuah riwayat, "Kibr (sombong) adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia." (HR Muslim).

Dua kata kuci: menolak kebenaran dan meremehkan manusia, itulah sombong.

Ketika ada rasa ingin menonjolkan dan membanggakan diri, ketika hati kita keras menerima nasihat terlebih dari yang lebih yunior, ketika pendapat kita enggan untuk dibantah bahkan tidak jarang dipertahankan dengan dalil yang dipaksakan, ketika kita tersinggung tidak diberi ucapan salam terlebih dahulu, ketika kita berharap tempat khusus dalam sebuah majlis, ketika kita tersinggung titel dan jabatan yang dimiliki tidak disebut, maka jangan-jangan virus takabbur telah meracuni diri kita.

Imam Ghozali mengajari cara mawas diri agar tidak terjebak dalam sikap merasa lebih baik. Ketika kita melihat seseorang yang belum dewasa, kita bisa berkata dalam hati: "Anak ini belum pernah berbuat maksiat, sedangkan aku tak terbilang dosa yang telah kulakukan, maka jelas anak ini lebih baik dariku." Ketika kita melihat orang tua, "Orang ini telah beramal banyak sebelum aku berbuat apa-apa, maka sudah semestinya ia lebih baik dariku." Ketika kita melihat seorang 'alim, "Orang ini telah dianugerahi ilmu yang tiada kumiliki, ia juga berjasa telah mengajarkan ilmunya. Mengapa aku masih juga memandang ia bodoh, bukankah seharusnya aku bertanya atas yang perlu kuketahui?" Ketika kita melihat orang bodoh, "Orang ini berbuat dosa karena kebodohannya, sedangkan aku? aku melakukannya dengan kesadaran bahwa hal itu maksiat. Betapa besar tanggung jawabku kelak. (Diadaptasi dari Ihya', bab takabbur).

Lantas, atas dasar apa kita membanggakan diri? Bukankah dunia ini bersifat fana? Bukankah kekayaan, pangkat, kecantikan, keturunan, pengikut, dan ilmu merupakan anugerah Allah yang bersifat sementara? tidak permanen? dan dapat dicabut sewaktu-waktu jika Allah mengendaki? Lagi pula, bukankah yang dilihat oleh Allah adalah ketakwaan seorang hamba? dan bukan kekayaan, pangkat, fisik, keturunan? Maka adalah aneh sikap anak manusia yang merasa ana khairun minhu.

Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia.

Best Regards,

Matinya Nurani

Nurani berasal dari bahasa Arab nur, artinya cahaya, kemudian menjadi nuraniyyun yang artinya bersifat cahaya. Dalam bahasa Indonesia, nurani digunakan untuk menyebut lubuk hati yang terdalam, disebut juga kata hati atau hati nurani. Jika seorang pencuri membunuh petugas ronda atau hansip yang memergokinya, disebut penjahat, maka pencuri yang memperkosa wanita di depan anaknya dan suaminya yang tak berdaya setelah dilukainya seperti yang baru-baru ini terjadi di Manggarai, pencuri tersebut bukan hanya penjahat, tetapi lebih dari itu disebut telah tidak lagi memiliki nurani.

Orang yang berbohong, kemudian tersipu-sipu ketika terbongkar kebohongannya, maka dia adalah pembohong biasa. Tetapi seorang tokoh yang berbohong dan kebohongannya sudah terbongkar di depan publik secara luas, kemudian ia masih bisa tampil dengan percaya diri, maka ia bukan saja pembohong, tetapi pembohong yang sudah tak bernurani. Nurani merupakan subsistem kejiwaan manusia. Menurut Al Qur'an, manusia dianugerahi akal untuk berfikir dan memecahkan masalah, dianugerahi hati untuk memahami realitas (Q/22:46), dianugerahi syahwat untuk menggerakkan tingkahlaku (Q/3:14), dan dianugerahi nurani untuk meluruskan yang bengkok, membersihkan yang kotor dan untuk introspeksi terhadap apa yang ada dalam jiwanya (Q/75:14-15). Jika hati manusia masih bisa diajak kompromi, membantah, mengingkari, mencabut pernyataan dan mencari-cari alasan pembenar, hal itu memang sesuai dengan tabiat hati tersebut. Dalam Al Qur'an, hati disebut dengan nama qalb yang mempunyai arti bolak-balik.

Ungkapan bahasa Arab berbunyi; summiyat al qalbu qalban litaqallubihi artinya hati dinamakan qalbu adalah karena tabiatnya yang bolak balik. Jadi hati (qalb) memang memiliki tabiat tidak konsisten, suka berdalih dan mencari-cari alasan pembenar. Nurani bagaikan kotak hitam (black box) di dalam hati, sebagai sub sistem yang bekerja secara konsisten terhadap kebenaran dan kejujuran. Hati boleh mencari-cari dalih pembenar, akal boleh membuat rumusan yang logis membenarkan dirinya, tetapi nurani tetap konsisten membisikkan bahwa yang salah tetap salah, dan yang benar tetap benar. Dalam Al Qur'an, nurani disebut dengan nama bashirah, (Q/75;14-15) yang mengandung arti pandangan mata batin sebagai lawan dari pandangan mata kepala. Bagi orang yang nuraninya sehat, pandangan mata hatinya lebih tajam menembus dimensi ruang dan waktu, berbeda dengan mata kepala yang sangat terbatas jangkauan pandangannya. Bagi orang yang mata hatinya buta, maka ketajaman penglihatan mata kepala tidak banyak membantu menemukan kebenaran (Q/22:46).

Menurut seorang ulama klasik, Ibn al Qayyim al Jauzi, bashirah atau nurani adalah cahaya yang ditempatkan oleh Allah di dalam hati setiap manusia; nurun yaqdzi fuhullah fi al qalbi. Oleh karena itu nurani bisa menjadi hotline manusia dengan Tuhannya. Cahaya ini pula yang menyebabkan manusia rindu kepada Tuhan, yang menyebabkan manusia bisa menangis ketika berdoa, yang menyebabkan manusia tak terkecoh oleh godaan rendah harta duniawi dan sebaliknya bisa melihat dengan jelas tingginya nilai keutamaan kebajikan yang bersifat ukhrawi. Jiwa manusia merupakan kesatuan sistem, oleh karena itu berfungsinya nurani juga bisa disebut sebagai sehatnya hati (qalbun salim) atau seperti yang dikatakan oleh Imam Fakhr ar Razi dalam tafsir al Kabir, sebagai akal yang prima (al 'aql as salim).

Mengapa hati nurani bisa mati ?
Al Qur'an mengingatkan bahwa Allah telah menyediakan hukuman neraka Jahannam bagi manusia dan jin, yakni mereka yang mempunyai hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (kebenaran), mempunyai mata, tetapi tidak dipergunakan untuk melihat (kebenaran) dan mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka tak ubahnya binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka adalah orang-orang yang lalai (Q/7;179).

Imam Gazali memisalkan hati nurani dengan kaca cermin. Bagi orang yang bersih dari dosa, maka nuraninya bagaikan cermin yang bening, sekecil apapun noda di wajah, segera akan nampak di cerminnya. Adapun orang yang suka melakukan dosa kecil, maka nuraninya bagaikan cermin yang terkena debu. Ia bisa menggambarkan wajah, tetapi noda-noda kecil tidak nampak. Sedangkan orang yang biasa melakukan dosa besar, maka nuraninya gelap, seperti cermin yang tersiram cat hitam. Hanya sebagian kecil dari cerminnya yang bisa digunakan untuk bercermin, oleh karena itu pelaku dosa besar tidak pernah merasa dirinya bersalah, karena cermin hatinya tidak bisa menampakkan apa- apa. Selanjutnya Al Ghazali memisalkan nurani orang yang mencampuraduk perbuatan baik dan perbuatan dosa dengan cermin yang retak. Cermin yang retak tidak bisa menggambarkan wajah secara benar, hidung bisa nampak dua, mata menjadi empat, mulut menjadi menceng dan sebagainya, sehingga orang yang seperti itu selalu kacau dalam memandang kebenaran dan kesalahan, tidak bisa obyektif dan biasanya memiliki kepribadian yang pecah (split personality).

Bagaimana caranya menghidupkan nurani ?
Secara umum jawabannya adalah menjauhi perbuatan dosa, baik dosa kepada Tuhan maupun dosa kepada manusia, karena perbuatan dosa merupakan daki yang mengotori cermin hati. Secara lebih spesifik, sebagai terapi, berdoa di tempat suci , —di Multazam misalnya— juga dapat menjadi shock therapy terhadap hati nurani. Mengapa di Ka'bah banyak orang bisa menangis tersedu-sedu, karena disana ia tidak bisa tidak kecuali harus jujur kepada Tuhan. Di sana terbayang semua kesalahan yang pernah dilakukan tanpa sedikitpun bisa mencari-cari alasan pembenar. Jika psikologi schok therapy ini berhasil dipertahankan lama, maka selanjutnya nuraninya akan hidup, dan itulah yang disebut haji mabrur. Berakrab-akrab dengan problem kemanusiaan juga bisa menajamkan nurani. Orang yang selalu bergelut langsung membantu kesulitan orang kecil, rakyat kebanyakan, maka nuraninya sedikit demi sedikit akan bercahaya. Hatinya menjadi lembut, rasa syukurnya meningkat. Ia akan memiliki kepekaan yang kuat terhadap hal-hal yang berdampak buruk kepada kehidupan riil manusia. Apa hubungannya dengan menghidupkan nurani? Sudah barang tentu ada hubungannya, karena orang kecil relatif jujur, maka menyayangi orang kecil bermakna menggosok-gosok kejujuran, dan hal itu mendatangkan rahmat Tuhan. Sayangilah yang di bumi, niscaya kalian akan disayang Tuhan, irhamu man fi al ardhi yarhamukum man fi as sama. Demikian firman Allah dalam hadis qudsiy.

Adapun orang yang menunjukkan kepedulian kepada orang kecil tetapi dimaksud untuk publikasi politik, maka hal itu termasuk bentuk kebohongan, bohong kepada manusia dan bohong kepada Tuhan, apalagi jika menjadikan kesulitan orang kecil sebagai proyek mencari keuntungan sendiri. Dalam keadaan seperti itu seberapapun banyaknya kontribusi yang diberikan, tidak akan membuat nuraninya bercahaya.
Wallohu a'lam bis sawab.

Wassalam,
agussyafii
http://mubarok-institute.blogspot.com

Ketika Berada di Dalam Majlis

Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa menghindar dari pergaulan, dan dalam pergaulan untuk berbagai urusan pasti kita berbicara antara yang satu dengan yang lainnya. Ada kalanya urusan yang kita kerjakan hanya diantara dua orang, tetapi terkadang harus diselesaikan menyangkut orang banyak, dan dilakukan dalam suatu majlis atau sebuah forum. Majlis itu mungkin majlis musyawarah, majlis mu'amalah, boleh jadi majlis belajar atau pengajian.

Agama Islam mengajarkan kepada kita adab ketika kita berada dalam suatu majlis, sebagai berikut:

  1. Hendaknya masuk ke majlis setelah terlebih dahulu minta izin atau melalui prosedur semestinya. Memasuki majlis tanpa izin dapat menimbulkan kecurigaan dan menyalahi tata krama pergaulan.

    Allah berfirman: Yaa 'ayyuhalladziina aamanu latad huluu buyuutan ghaira buyuu tikum hattaa tasta' nisuu wa tusallimuu 'alaa ahlihaa dzaa likum khairullakum la'allakum tadzakkaruuna.

    Artinya: Wahai orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah yang bukan rumahmu sebelum kamu meminta permisi dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, mudah-mudahan kamu (selalu) teringat. (an Nur: 27)

  2. Memberi salam ketika masuk dan ketika meninggalkan majlis. Salam pertama sebagai tanda ia hadir di majlis, dan salam kedua sebagai tanda pamitan meninggalkan majlis. Perilaku demikian itu mengundang simpatik antara anggauta majlis.

  3. Jika anda datang ke majlis pada awal waktu, hendaknya memberi jalan atau tempat kepada orang yang datang belakangan.

    Allah berfirman: Yaa 'ayyuhal ladziina aamanuu idzakiila lakum tafassakhuu fil majaalisi fafsahuu yafsahillaahu lakum.

    Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika dikatakan kepadamu berlapang-lapanglah di dalam majlis, maka berlapang-lapanglah kamu supaya Allah melapangkan kepadamu. (QS al Mujadalah: 11)

  4. Termasuk adab majlis adalah tidak duduk dengan perilaku yang tidak sopan atau mengambil ruang lebih banyak dari semestinya sehingga mengganggu orang lain, atau mengambil tempat yang telah diketahui disediakan untuk orang lain.

  5. Tidak memisahkan diantara dua orang anggauta majlis, kecuali dengan seizin mereka. Memisahkan dua orang tanpa izin disamping mengganggu juga mengesankan arogansi.

    Rasulullah bersabda: Tidak halal bagi seseorang memisahkan antara dua orang teman tanpa seizin keduanya.

  6. Tidak memindahkan seseorang dari tempat duduknya dengan tujuan untuk ditempati sendiri, karena hal itu disamping mengganggu orang lain juga tidak pantas, tidak etis serta mengandung arti kesombongan.

    Rasulullah bersabda: Tidak boleh seseorang memindahkan orang lain dari tempat duduknya untuk ditempati oleh dirinya sendiri. (HR.Bukhari)

  7. Tahu diri dalam memilih tempat duduk. Bahwa duduk di bagian belakang kemudian dipersilahkan pindah ke depan itu lebih baik daripada memilih duduk di bagian depan (yang memang disediakan untuk orang lain) tetapi kemudian dimohon mundur ke belakang (karena yang berhak duduk sudah hadir).

  8. Menutup pertemuan dengan doa kaffarah, yakni memohonkan ampun dari dosa yang mungkin dilakukan selama mengikuti pertemuan, seperti yang diajarkan oleh Rasulullah, sebagai berikut:

    Subha naka Allahumma wa bihamdika asyhadu an la ila ha illa anta astaghfiruka wa atu bu ilaika.

    Artinya: Maha Suci Engkau ya Allah dan dengan memuji Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku mohon ampun kepada Mu dan bertaubat kepada Mu.

    Manurut hadis Rasulullah, barang siapa menyadari kesalahannya selama dalam majlis, kemudian sebelum berdiri meninggalkan majlis membaca doa tersebut, Allah akan mengampuni dosa-dosa dari kesalahannya itu. (HR. Muslim)

Wassalam,
agussyafii
http://www.labschoolcinere.net

Total Tayangan Halaman

Entri Populer

Translate

Blog Archive