Kiat Kilat Menjadi Langsing

Sabtu, 03 Juli 2010


Sejak remaja, kita telah dihujani konsep langsing dan putih, baik dari lingkungan maupun media massa. Lama kelamaan, konsep ini bisa memicu gangguan body image-sesuatu yang kerap terjadi pada wanita, terutama gadis remaja. Percaya diri jatuh, depresi muncul, dan keinginan berlebihan untuk menurunkan target berat badan pun menjadi obsesi.Disinilah anoreksia dan bulimia mulai bermain.

Parahnya, sejumlah situs melangkah lebih jauh dengan mengajarkan teknik-teknik terbaru untuk menurunkan berat badan secara ekstrim yang dikhawatirkan menyeret lebih banyak lagi gadis-gadis muda ke jurang eating disorder.

Sebuah studi yang dipublikasikan Desember 2006 lalu oleh para peneliti di sekolah kedokteran dan rumah sakit anak Stanford University, Silicon Valley, Amerika Serikat menemukan bahwa ironisnya, kiat kilat untuk langsing ini ditemukan pula pada beberapa situs internet yang sebenarnya didedikasikan untuk memerangi masalah kelainan makan.

Para orang tua dan dokter perlu menyadari bahwa internet adalah sebuah forum yang tidak dapat dimonitor. Sangat sulit untuk mengontrol isi sebuah situs interaktif dengan ketat. Apa isinya? Para pengunjung situs membentuk komunitas berdasarkan kesamaan kelainan makan yang dimiliki, misalnya makan membabi-buta lalu mengeluarkannya kembali dengan sengaja ( binging and purning), atau menolak untuk makan sama sekali. Yang lebih menyesatkan, kebiasaan-kebiasaan ini dirujuk sebagai suatu pilihan gaya hidup.

Yang patut dicacat para orang tua, di dalam jurnal Archives of Pediatrice & Adolescent Medicine, mei 2004 terdapat ciri utama yang membedakan antara remaja penderita anoreksia dan bulimia. Mereka yang mengidap anoreksia cenderung memiliki berat badan lebih rendah dan berusia lebih muda. Para gadis mengidap anoreksia juga lebih banyak datang dari keluarga yang utuh, berbeda dengan penderita bulimia.

Tak Cuma Sengaja Muntah

Anoreksa adalah penurunan berat badan dengan cara-cara ekstrim, sementara bulimia adalah kebiasaan makan berlebihan yang kemudian diikuti tindakan mengeluarkan makanan secara sengaja biasanya melalui muntah atau penyalahgunaan obat pencahar dan obat diet. Meski identik dengan memuntahkan makanan secara sengaja, ternyata gejala kedua kelainan makan ini tak melulu terbatas pada muntah. Amat disayangkan, wanita penderita kelainan makan dengan gejala selain muntah cenderung kurang menyadari bahwa dirinya tengah mengalami masalah. Pada penelitian di Australia terhadap 158 orang pengidap bulimia diketahui, nyaris separuh dari mereka khususnya yang tidak menggunakan metode muntah – tidak menyadari kelainan yang dideritanya.

Karenanya, menurut penelitian yang dipublikasikan di International Journal of Eating Disorders edisi Desember 2006 ini, wanita yang menggunakan metode muntah berpeluang enam kali lipat untuk menyadari bahwa mereka punya masalah kelainan makan. Apa gejala Bulimia lainnya? Bisa saja berwujud diet ketat atau olahraga berlebihan, sebagai upaya untuk menebus episode makan membabi-buta.

Sebuah penelitian mengungkapkan hal senada olahraga berlebihan memang patut diwaspadai sebagai suatu pertanda kelainan makan. Dr.Cynthia M. Bulik dari University of North Carolina-Chapel Hill dan rekannya menyarankan, kecenderungan olahraga pada wanita pengidap anoreksia yang menggunakan obat pencahar untuk menurunkan berat badan.

Menurut penelitian yang dimuat pada International Journal of Eating Disorders bulan September 2006 lalu, wanita dengan kebiasaan ini amat berisiko mengalami kekurangan berat badan yang berbahaya, berikut akibat fatal lainnya. Olahraga berlebihan didefinisikan sebagai latihan lebih dari 3 jam sehari, termasuk juga obsesi ekstrim pada aktivitas fisik sehari-hari yang mengganggu aspek hidup lainnya – misalnya, tetap memaksakan berolah raga meski sedang cidera atau sakit.

Waspadai Faktor Keturunan

Apa sebenarnya yang menyebabkan eating disorder? Meski pengaruh budaya memang cukup kuat, ternyata faktor gen tak kalah penting. Pada sebuah penelitian, Dr. Walter H. Kaye dari University of Pittsburgh, Amerika Serikat dan timnya menganalisa data 400 keluarga dengan lebih dari satu anggota yang menderita kelainan makan. Ternyata, faktor keturunan dapat memengaruhi kerentanan seseorang terhadap anoreksia atau bulimia. Seorang wanita yang memiliki ibu atau kakak perempuan dengan riwayat kelainan makan memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita masalah serupa.

0 komentar:

Total Tayangan Halaman

Entri Populer

Translate

Blog Archive